IDENTIFIKASI KEJADIAN (EVENT IDENTIFICATION)
COSO mendefinisikan sebuah peristiwa sebagai “insiden atau kejadian yang berasal dari sumber internal atau eksternal yang mempengaruhi implementasi strategi atau pencapaian tujuan. Peristiwa memiliki dampak positif atau negatif atau keduanya. Suatu peristiwa mencerminkan ketidakpastian, mungkin atau mungkin tidak terjadi, sulit untuk mengetahui kapan sampai ia terjadi, sulit untuk menentukan dampaknya ketika itu terjadi, memicu peristiwa lain dapat terjadi secara individu atau bersamaan. Manajemen harus mencoba untuk mengantisipasi semua kemungkinan peristiwa positif atau negatif, menentukan mana yang paling dan paling terjadi, dan memahami keterkaitan antar peristiwa.
Sebagai contoh, implementasi sistem Electronic Data Interchange (EDI) yang menciptakan dokumen elektronik, mengirimkan mereka ke pelanggan dan pemasok, dan menerima tanggapan elektronik. Beberapa peristiwa perusahaan yang dihadapi adalah memilih teknologi yang tepat, akses yang tidak sah, hilangnya integritas data, ketidaklengkapan sistem transaksi, dan sistem yang tidak kompetibel.
Beberapa perusahaan teknik digunakan untuk mengidentifikasi kejadian termasuk menggunakan daftar lengkap peristiwa potensial, melakukan analisis internal, pemantauan acara terkemuka dan memicu poin, melakukan lokakarya dan wawancara, dengan menggunakan data mining, dan menganalisis proses bisnis. Identifikasi kejadian merupakan langkah awal yang krusial dalam manajemen risiko. COSO mendefinisikan kejadian sebagai suatu insiden, baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan, yang dapat memengaruhi pelaksanaan strategi atau pencapaian tujuan. Kejadian ini bisa berdampak positif, negatif, atau bahkan keduanya. Sifatnya yang penuh ketidakpastian membuat kejadian sulit diprediksi, baik waktu terjadinya maupun dampak yang ditimbulkannya.
Manajemen dituntut untuk proaktif dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan kejadian, baik yang positif maupun negatif. Mereka perlu mengidentifikasi kejadian yang paling terjadi dan menganalisis keterkaitan antar kejadian tersebut. Sebagai ilustrasi, bayangkan sebuah perusahaan yang menerapkan sistem Electronic Data Interchange (EDI). Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk membuat dokumen elektronik, mengirimkannya ke pelanggan dan pemasok, serta menerima tanggapan secara elektronik. Dalam proses ini, perusahaan menghadapi berbagai kejadian seperti kesulitan memilih teknologi yang tepat, risiko akses ilegal, potensi hilangnya integritas data, ketidaklengkapan sistem transaksi, dan masalah kompatibilitas sistem.
Untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial ini, perusahaan dapat menggunakan berbagai teknik. Beberapa di antaranya adalah dengan menyusun daftar kejadian potensial secara lengkap, melakukan analisis internal, memantau indikator-indikator awal dan titik-titik kritis, menyelenggarakan lokakarya dan wawancara, memanfaatkan teknik data mining, serta menganalisis proses bisnis secara menyeluruh.
Pada dasarnya identifikasi kejadian bukanlah proses yang statis. Lingkungan bisnis yang dinamis menuntut perusahaan untuk secara berkala meninjau dan memperbarui daftar kejadian potensial. Faktor-faktor seperti perubahan kondisi ekonomi, perkembangan teknologi baru, peraturan pemerintah yang baru, serta perubahan dalam strategi bisnis perusahaan dapat memunculkan kejadian-kejadian baru yang perlu diidentifikasi dan dikelola.
Selain itu, identifikasi kejadian yang efektif juga membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan sasaran perusahaan. Dengan memahami apa yang ingin dicapai oleh perusahaan, manajemen dapat lebih mudah mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berpotensi menghambat atau mendukung pencapaian tujuan tersebut. Singkatnya, identifikasi kejadian merupakan fondasi dari manajemen risiko yang efektif. Proses ini membantu perusahaan untuk memahami dan mengantisipasi berbagai kejadian yang mempengaruhi kinerja dan kelangsungan bisnisnya. Dengan mengidentifikasi kejadian secara komprehensif, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk memitigasi risiko dan memaksimalkan peluang.
Lebih jauh lagi, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai jenis kejadian yang terjadi. Kejadian tidak selalu bersifat negatif seperti bencana alam atau kecelakaan kerja. Kejadian positif, seperti munculnya peluang pasar baru atau pengembangan teknologi yang inovatif, juga perlu diidentifikasi. Dengan mengidentifikasi kejadian-kejadian positif ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk memanfaatkan peluang tersebut dan meningkatkan kinerja bisnisnya.
Identifikasi kejadian juga harus melibatkan berbagai pihak di dalam perusahaan. Tidak hanya manajemen puncak, tetapi juga karyawan di berbagai level dan departemen perlu dilibatkan dalam proses ini. Dengan melibatkan berbagai perspektif, perusahaan dapat mengidentifikasi kejadian secara lebih komprehensif dan mengurangi kemungkinan adanya blind spot. Terakhir, ditekankan bahwa identifikasi kejadian hanyalah langkah awal dalam manajemen risiko. Setelah kejadian diidentifikasi, perusahaan perlu melakukan analisis risiko untuk menilai dampak dan kemungkinan terjadinya kejadian tersebut. Selanjutnya, perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk mengelola risiko, baik itu dengan menghindari, mengurangi, membagi, atau menerima risiko tersebut.
Identifikasi kejadian dalam lingkup akuntansi adalah proses penting untuk mengenali berbagai peristiwa internal dan eksternal yang dapat memengaruhi laporan keuangan suatu entitas. Proses ini melibatkan pengenalan transaksi, peristiwa, atau kondisi yang perlu dicatat dalam sistem akuntansi. Tujuan utama identifikasi kejadian adalah untuk memastikan bahwa semua transaksi dan peristiwa yang relevan dicatat secara akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam praktiknya, identifikasi kejadian melibatkan analisis berbagai sumber informasi, seperti dokumen sumber (faktur, kwitansi, kontrak), laporan bank, dan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal. Akuntan perlu memahami dengan baik standar akuntansi dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang operasional entitas untuk dapat mengidentifikasi kejadian yang signifikan.
Contoh kejadian yang perlu diidentifikasi dalam akuntansi antara lain:
- Penjualan barang atau jasa: Mengenali kapan pendapatan diakui, berapa jumlahnya, dan bagaimana mencatatnya.
- Pembelian persediaan atau aset: Menentukan biaya perolehan, metode penilaian persediaan, dan depresiasi aset.
- Penerimaan dan pembayaran kas: Memastikan semua transaksi kas dicatat dengan benar dan direkonsiliasi dengan laporan bank.
- Penggajian karyawan: Menghitung gaji, pajak, dan potongan lainnya, serta mencatat kewajiban terkait.
- Pinjaman dan investasi: Mencatat transaksi utang dan piutang, serta menghitung bunga dan dividen.
Selain contoh-contoh tersebut, identifikasi kejadian juga mencakup hal-hal seperti perubahan nilai aset, pengakuan utang kontinjensi, estimasi beban garansi, dan koreksi kesalahan periode sebelumnya. Intinya, semua peristiwa yang berpengaruh terhadap posisi keuangan entitas dan dapat diukur dalam satuan uang harus diidentifikasi. Proses identifikasi kejadian ini tidaklah sederhana. Akuntan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang standar akuntansi, seperti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia, untuk menentukan perlakuan akuntansi yang tepat. Misalnya, dalam mengakui pendapatan, akuntan harus mempertimbangkan prinsip pengakuan pendapatan yang diatur dalam PSAK.
Ketepatan dalam identifikasi kejadian sangat krusial karena akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Kesalahan dalam identifikasi dapat menyebabkan kesalahan sajian dalam laporan keuangan, yang pada akhirnya dapat menyesatkan pengguna laporan. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian, pengetahuan, dan keahlian dalam melaksanakan proses identifikasi kejadian ini.
Lebih lanjut, perkembangan teknologi informasi juga turut mempengaruhi proses identifikasi kejadian dalam akuntansi. Saat ini, banyak perusahaan yang telah menggunakan sistem informasi akuntansi untuk mencatat dan memproses transaksi secara otomatis. Meskipun demikian, peran akuntan tetap penting dalam menganalisis dan memverifikasi data yang dihasilkan oleh sistem tersebut, serta memastikan bahwa semua kejadian yang relevan telah teridentifikasi dan dicatat dengan benar.
Identifikasi kejadian yang akurat dan tepat waktu sangat penting untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan relevan. Laporan keuangan yang berkualitas tinggi akan membantu pengguna laporan, seperti investor, kreditor, dan manajemen, dalam membuat keputusan ekonomi yang tepat. Namun, identifikasi kejadian bukan hanya sekedar mengenali transaksi. Lebih dari itu, akuntan harus mampu menganalisis dampak dari suatu kejadian terhadap posisi keuangan entitas. Misalnya, ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan restrukturisasi, akuntan harus mengidentifikasi semua kejadian yang terkait dengan restrukturisasi tersebut, seperti penutupan fasilitas, pemutusan hubungan kerja, dan penjualan aset. Kemudian, akuntan harus menganalisis dampak dari masing-masing kejadian tersebut terhadap laporan keuangan, misalnya mengenali beban restrukturisasi, kerugian penjualan aset, dan liabilitas pesangon.
Identifikasi kejadian juga menuntut akuntan untuk memiliki kemampuan dalam menginterpretasi informasi baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Informasi kualitatif, seperti perubahan kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan faktor-faktor eksternal lainnya, juga dapat mempengaruhi posisi keuangan entitas dan perlu dipertimbangkan dalam proses identifikasi kejadian.
Dengan demikian, identifikasi kejadian merupakan proses yang kompleks dan dinamis yang mengharuskan akuntan untuk terus menerus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya. Kemampuan dalam mengidentifikasi kejadian secara akurat dan tepat waktu akan sangat menentukan kualitas laporan keuangan dan keberhasilan suatu entitas.
Selain itu, akuntan juga harus memperhatikan faktor etika dan profesionalisme dalam mengidentifikasi kejadian. Mereka harus bersikap objektif, independen, dan tidak memihak dalam menilai suatu kejadian. Integritas dan kejujuran sangat penting untuk menghindari manipulasi data dan menghasilkan laporan keuangan yang wajar.
Dalam era digital saat ini, identifikasi kejadian juga semakin ditunjang oleh teknologi informasi. Sistem informasi akuntansi yang terintegrasi dapat membantu akuntan dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data transaksi secara lebih efisien dan akurat. Namun, akuntan tetap harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang sistem tersebut dan mampu mengendalikan risiko yang mungkin timbul.
Singkatnya, identifikasi kejadian merupakan fondasi utama dalam proses akuntansi. Ketepatan dan kelengkapan dalam mengidentifikasi kejadian akan menentukan kualitas informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena itu, akuntan harus memiliki kompetensi yang memadai dan senantiasa meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat melaksanakan tugas identifikasi kejadian secara profesional dan bertanggung jawab.
REFERENSI
Hopkin, P. (2018). Fundamentals of risk management: understanding, evaluating and implementing effective risk management. Kogan Page Publishers.
Horngren, Charles T., Sundem, Gary L., & Stratton, William O. (2015). Introduction to Management Accounting (Edisi ke-16). Pearson Education.
Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., & Warfield, Terry D. (2016). Intermediate Accounting (Edisi ke-16). John Wiley & Sons.
Moeller, R. R. (2011). COSO enterprise risk management: Understanding the new integrated framework. John Wiley & Sons.