Teori Institusional
Prinsip dasar teori ini adalah bahwa kelangsungan hidup organisasi membutuhkan organisasi tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial dari perilaku yang dapat diterima. Semakin tepat cara organisasi dalam memperoleh legitimasi dari sumber-sumber pendanaan eksternalnya, semakin banyak sumber yang mampu untuk diamankan. Eisenhardt (1988) dalam Baker, Bealing, Nelson dan Staley (2006) menemukan bahwa teori institusional khususnya dapat diterapkan dalam situasi yang kompleks dan dinamis. Praktik-praktik dan prosedur-prosedur spesifik mungkin ditunjukkan oleh organisasi sebagai simbol bagi kelompok eksternal untuk menunjukkan bahwa organisasi bertindak dalam cara yang sangat rasional, stabil dan dapat diprediksi. Aktifitas ini terjadi untuk melegitimasi organisasi dan untuk mendapatkan dukungan dari pemilih eksternal (Baker et.al., 2006).
Teori institusional memberikan penjelasan bagaimana mekanisme suatu organisasi melakukan aktivitasnya sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang melingkupinya.
Mekanisme itu termasuk yang dilakukan dalam teori legitimasi dan teori stakeholder. Institusional teori menurut Dillard, Rigsby, dan Goodman (2004: hal. 506) sudah mulai digunakan dalam proses penentuan standard akuntansi, seperti pernyataannya sebagai berikut:
Institutional theory is becoming one of the dominant theoretical perspective in organization theory and increasingly being applied in accounting research to study the practice of accounting in organization.
Teori institusional memiliki dua dimensi utama, yaitu isomorphism dan decoupl-ing (Deegan, 2007: hal. 306). Kedua dimensi itu mempunyai kaitan yang kuat untuk menjelaskan praktik pelaporan keuangan perusahaan. Dimensi isomorphic terdiri dari tiga cara yaitu paksaan/coercive, imitasi/mi-metic, dan normative.
Teori Institusional dalam lingkup akuntansi menjelaskan bagaimana praktik akuntansi dibentuk oleh faktor-faktor institusional, seperti norma, regulasi, dan tekanan sosial. Teori ini menekankan bahwa praktik akuntansi tidak semata-mata didorong oleh pertimbangan efisiensi ekonomi, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mendapatkan legitimasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan institusional.
Berikut adalah beberapa poin penting dalam Teori Institusional dalam lingkup akuntansi:
1. Isomorfisme:
- Isomorfisme Paksaan (Coercive Isomorphism): Terjadi ketika organisasi mengadopsi praktik akuntansi tertentu karena adanya tekanan dari pihak yang berwenang, seperti pemerintah atau badan pengatur. Contohnya, penerapan standar akuntansi yang diwajibkan oleh pemerintah.
- Isomorfisme Mimetik (Mimetic Isomorphism): Terjadi ketika organisasi meniru praktik akuntansi organisasi lain yang dianggap sukses atau memiliki legitimasi tinggi, terutama dalam kondisi ketidakpastian. Contohnya, mengadopsi sistem akuntansi yang sama dengan perusahaan pesaing yang lebih besar.
- Isomorfisme Normatif (Normative Isomorphism): Terjadi ketika organisasi mengadopsi praktik akuntansi yang dianggap sebagai norma atau standar profesional dalam industri atau komunitas tertentu. Contohnya, mengikuti standar etika akuntansi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
2. Legitimasi:
Organisasi mengadopsi praktik akuntansi tertentu untuk mendapatkan legitimasi dari stakeholders, seperti investor, kreditor, dan masyarakat umum. Legitimasi ini penting untuk mendapatkan kepercayaan, dukungan, dan sumber daya.
3. Lingkungan Institusional:
Lingkungan institusional, termasuk faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya, dapat memengaruhi praktik akuntansi. Misalnya, perubahan regulasi pemerintah atau norma sosial dapat mendorong organisasi untuk mengadopsi praktik akuntansi yang baru.
4. Pengaruh Teori Institusional dalam Akuntansi:
- Standar Akuntansi: Teori ini membantu menjelaskan mengapa standar akuntansi cenderung seragam di berbagai negara dan industri.
- Pengungkapan Informasi: Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mengungkapkan informasi tertentu dalam laporan keuangan, meskipun tidak diwajibkan oleh regulasi.
- Perubahan Akuntansi: Teori ini membantu memahami bagaimana dan mengapa praktik akuntansi berubah dari waktu ke waktu.
Contoh Penerapan Teori Institusional dalam Akuntansi:
- Penerapan PSAK di Indonesia sebagai bentuk isomorfisme paksaan.
- Perusahaan yang mengadopsi sistem ERP yang sama dengan perusahaan lain di industri yang sama sebagai bentuk isomorfisme mimetik.
- Perusahaan yang secara sukarela menerbitkan laporan keberlanjutan untuk meningkatkan legitimasi di mata stakeholders.
Teori Institusional memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana praktik akuntansi dibentuk oleh faktor-faktor institusional. Teori ini menekankan bahwa praktik akuntansi tidak hanya didorong oleh pertimbangan efisiensi ekonomi, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mendapatkan legitimasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan institusional.
Berikut beberapa aspek yang bisa kita eksplorasi lebih lanjut:
1. Peran Kekuatan Institusional:
- Regulasi: Bagaimana peraturan pemerintah, standar akuntansi, dan hukum memengaruhi praktik akuntansi di suatu negara. Contohnya, bagaimana penerapan PSAK di Indonesia memengaruhi penyusunan laporan keuangan perusahaan.
- Norma: Bagaimana norma dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat atau profesi memengaruhi praktik akuntansi. Contohnya, bagaimana etika profesi akuntan mendorong akuntan untuk menjaga independensi dan objektivitas.
- Organisasi Profesi: Bagaimana organisasi profesi seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berperan dalam menetapkan standar, menyelenggarakan pendidikan profesional, dan mengawasi praktik akuntansi.
- Tekanan Pasar: Bagaimana tekanan dari investor, kreditor, dan stakeholders lainnya mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik akuntansi tertentu. Contohnya, bagaimana tuntutan investor akan transparansi mendorong perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan.
2. Konsekuensi dari Isomorfisme:
- Homogenitas: Isomorfisme dapat menyebabkan praktik akuntansi menjadi homogen di berbagai organisasi, meskipun mungkin ada perbedaan dalam karakteristik dan kebutuhan organisasi.
- Ketidaksesuaian: Praktik akuntansi yang diadopsi karena tekanan institusional mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan organisasi atau efisiensi ekonomi.
- Inovasi Terhambat: Fokus pada legitimasi dan penyesuaian diri dengan lingkungan institusional dapat menghambat inovasi dalam praktik akuntansi.
3. Kritik terhadap Teori Institusional:
- Determinisme: Teori ini terkadang dianggap terlalu deterministik, mengesampingkan agensi dan kemampuan organisasi untuk membuat pilihan dan menentang tekanan institusional.
- Kurangnya Perhatian pada Efisiensi: Teori ini cenderung fokus pada legitimasi dan penyesuaian diri, sementara kurang memperhatikan pertimbangan efisiensi ekonomi dalam pengambilan keputusan akuntansi.
- Sulit Diukur: Konsep-konsep dalam Teori Institusional, seperti legitimasi dan tekanan institusional, sulit diukur secara objektif.
4. Pengembangan Teori Institusional:
- Teori Institusional Baru (New Institutional Theory): Memperhatikan peran kognisi, interpretasi, dan agensi dalam proses institusionalisasi.
- Logika Institusional (Institutional Logics): Menganalisis bagaimana sistem keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda dalam suatu lapangan organisasi memengaruhi praktik akuntansi.
5. Implikasi bagi Penelitian Akuntansi:
Teori Institusional memberikan kerangka kerja yang berharga untuk meneliti berbagai fenomena akuntansi, seperti:
- Pengaruh regulasi terhadap praktik akuntansi.
- Faktor-faktor yang memengaruhi pengungkapan informasi perusahaan.
- Peran organisasi profesi dalam pengembangan standar akuntansi.
- Adopsi praktik akuntansi baru oleh organisasi.
Dengan mempelajari Teori Institusional, kita dapat memahami lebih dalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi praktik akuntansi dan bagaimana praktik tersebut berkembang dari waktu ke waktu.
Apakah ada aspek tertentu yang ingin Anda bahas lebih lanjut? Misalnya, Anda ingin fokus pada peran IAI dalam mengawasi praktik akuntansi di Indonesia, atau Anda tertarik untuk membahas studi kasus tertentu yang menunjukkan pengaruh tekanan institusional terhadap pengungkapan informasi perusahaan?
REFERENSI
- Burns, Tom R., & Stalker, G. M. (1961). The management of innovation. Tavistock Publications.
- DiMaggio, Paul J., & Powell, Walter W. (1983). The iron cage revisited: Institutional isomorphism and collective rationality in organizational fields. American sociological review, 48(2), 147-160.
- Meyer, John W., & Rowan, Brian. (1977). Institutionalized organizations: Formal structure as myth and ceremony. American journal of sociology, 83(2), 340-363.
- Scott, W. Richard. (2014). Institutions and organizations: Ideas, interests, and identities. Sage publications.