Penentuan Nilai Tukar (Kurs) : Theoritical Thread

Penentuan Nilai Tukar (Kurs) : Theoritical Thread

Nilai tukar (kurs) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Penentuan nilai tukar dipengaruhi oleh berbagai faktor dan dapat dianalisis melalui beberapa teori dan konsep. Berikut penjelasannya:

1. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity/PPP)

Teori PPP menyatakan bahwa nilai tukar antara dua mata uang akan menyesuaikan sedemikian rupa sehingga daya beli kedua mata uang tersebut sama di kedua negara.

  • PPP Absolut: menyatakan bahwa nilai tukar ekuilibrium antara dua mata uang sama dengan rasio tingkat harga umum di kedua negara.
  • PPP Relatif: menyatakan bahwa perubahan persentase nilai tukar antara dua mata uang sama dengan selisih antara tingkat inflasi di kedua negara.

Kelemahan Teori PPP:

  • Tidak memperhitungkan biaya transportasi dan hambatan perdagangan.
  • Mengabaikan pengaruh spekulasi dan intervensi pemerintah.
  • Tidak semua barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional.

2. Teori Keseimbangan Portofolio (Portfolio Balance Theory)

Teori ini menekankan peran aset keuangan dalam menentukan nilai tukar. Investor akan mengalokasikan portofolio aset mereka di berbagai negara untuk memaksimalkan return dan meminimalkan risiko. Perubahan dalam preferensi portofolio investor dapat memengaruhi nilai tukar. Teori Keseimbangan Portofolio berfokus pada bagaimana investor global mengelola portofolio aset mereka, yang terdiri dari berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan mata uang. Tujuan utama investor adalah untuk memaksimalkan return (imbal hasil) dan meminimalkan risiko. Untuk mencapai tujuan ini, investor akan mendiversifikasi portofolio mereka dengan berinvestasi di berbagai negara.

Mekanisme Penentuan Nilai Tukar:

  1. Preferensi Portofolio: Investor memiliki preferensi terhadap aset-aset dari negara tertentu. Preferensi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:

    • Prospek pertumbuhan ekonomi: Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat cenderung menarik lebih banyak investasi.
    • Tingkat suku bunga: Suku bunga yang lebih tinggi menarik investor untuk menyimpan aset dalam mata uang tersebut.
    • Stabilitas politik dan ekonomi: Investor cenderung menghindari negara dengan risiko politik dan ekonomi yang tinggi.
    • Risiko nilai tukar: Investor mempertimbangkan potensi fluktuasi nilai tukar yang dapat memengaruhi return investasi mereka.
  2. Permintaan dan Penawaran Mata Uang: Ketika investor mengubah preferensi portofolio mereka, misalnya dengan meningkatkan investasi di suatu negara, mereka akan menukarkan mata uang mereka dengan mata uang negara tersebut. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang tersebut dan menyebabkan apresiasi. Sebaliknya, jika investor mengurangi investasi di suatu negara, mereka akan menjual aset dalam mata uang tersebut, meningkatkan penawaran dan menyebabkan depresiasi.

Contoh:

Misalkan investor global menjadi lebih optimis terhadap prospek ekonomi Indonesia. Mereka akan meningkatkan investasi di Indonesia dengan membeli saham dan obligasi dalam Rupiah. Peningkatan permintaan Rupiah ini akan menyebabkan Rupiah terapresiasi terhadap mata uang lainnya, seperti Dolar AS.

Implikasi Teori Keseimbangan Portofolio:

  • Perubahan kebijakan ekonomi: Kebijakan pemerintah yang memengaruhi faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga dapat memengaruhi preferensi portofolio investor dan nilai tukar.
  • Sentimen pasar: Berita dan peristiwa global dapat memengaruhi sentimen investor dan menyebabkan perubahan cepat dalam preferensi portofolio, yang berdampak pada volatilitas nilai tukar.
  • Intervensi bank sentral: Bank sentral dapat memengaruhi nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing, misalnya dengan membeli atau menjual mata uang domestik untuk memengaruhi penawaran dan permintaan.

Keterbatasan:

  • Model yang kompleks: Teori ini melibatkan banyak variabel dan interaksi yang kompleks, sehingga sulit untuk memprediksi secara akurat pergerakan nilai tukar.
  • Faktor non-ekonomi: Teori ini kurang mempertimbangkan faktor non-ekonomi, seperti faktor politik dan sosial, yang juga dapat memengaruhi nilai tukar.

Teori Keseimbangan Portofolio memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana keputusan investasi global dapat memengaruhi nilai tukar. Dengan memahami teori ini, kita dapat menganalisis bagaimana perubahan dalam kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, dan sentimen pasar dapat berdampak pada pergerakan nilai tukar.

3. Teori Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity/IRP)

Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan suku bunga antara dua negara akan tercermin dalam nilai tukar forward.

  • IRP Tertutup: menyatakan bahwa selisih suku bunga antara dua negara sama dengan selisih antara kurs spot dan kurs forward.
  • IRP Terbuka: menyatakan bahwa selisih suku bunga antara dua negara sama dengan selisih antara kurs spot dan kurs forward yang diharapkan.

4. Model Mundell-Fleming

Model ini menganalisis pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap nilai tukar dalam sistem kurs mengambang dan sistem kurs tetap. Model Mundell-Fleming merupakan perluasan dari model IS-LM yang mempertimbangkan ekonomi terbuka dengan memasukkan faktor-faktor seperti neraca pembayaran dan nilai tukar. Model ini membantu kita memahami bagaimana kebijakan fiskal (perubahan pengeluaran pemerintah dan pajak) dan kebijakan moneter (perubahan jumlah uang beredar) memengaruhi output, suku bunga, dan nilai tukar dalam suatu negara.

Asumsi Model Mundell-Fleming:

  • Ekonomi terbuka: Terjadi arus barang, jasa, dan modal dengan negara lain.
  • Mobilitas modal sempurna: Modal dapat bergerak bebas masuk dan keluar negara.
  • Harga domestik tetap: Fokus pada analisis jangka pendek.

Sistem Kurs Mengambang:

Dalam sistem kurs mengambang, nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran).

  • Kebijakan fiskal ekspansif: Meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan meningkatkan permintaan agregat dan output. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan uang, yang menyebabkan suku bunga naik. Kenaikan suku bunga akan menarik modal asing, sehingga meningkatkan permintaan mata uang domestik dan menyebabkan apresiasi. Apresiasi akan menurunkan ekspor dan meningkatkan impor, sehingga mengurangi dampak ekspansi fiskal terhadap output.
  • Kebijakan moneter ekspansif: Meningkatkan jumlah uang beredar akan menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga akan menyebabkan modal keluar, sehingga menurunkan permintaan mata uang domestik dan menyebabkan depresiasi. Depresiasi akan meningkatkan ekspor dan menurunkan impor, sehingga meningkatkan permintaan agregat dan output.

Sistem Kurs Tetap:

Dalam sistem kurs tetap, bank sentral menetapkan nilai tukar pada tingkat tertentu.

  • Kebijakan fiskal ekspansif: Meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan meningkatkan permintaan agregat dan output. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan uang, yang menyebabkan suku bunga naik. Kenaikan suku bunga akan menarik modal asing, sehingga meningkatkan permintaan mata uang domestik. Untuk menjaga nilai tukar tetap, bank sentral harus menjual mata uang domestik dan membeli mata uang asing, yang meningkatkan jumlah uang beredar dan memperkuat efek ekspansi fiskal.
  • Kebijakan moneter ekspansif: Meningkatkan jumlah uang beredar akan menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga akan menyebabkan modal keluar, sehingga menurunkan permintaan mata uang domestik. Untuk menjaga nilai tukar tetap, bank sentral harus membeli mata uang domestik dan menjual mata uang asing, yang menurunkan jumlah uang beredar dan meniadakan efek ekspansi moneter.

Sistem kurs mengambang: Kebijakan moneter lebih efektif dalam memengaruhi output, sedangkan kebijakan fiskal kurang efektif. Sistem kurs tetap: Kebijakan fiskal lebih efektif dalam memengaruhi output, sedangkan kebijakan moneter tidak efektif.

Model Mundell-Fleming memberikan kerangka kerja yang berguna untuk menganalisis dampak kebijakan ekonomi terhadap nilai tukar dan output dalam ekonomi terbuka. Namun, model ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti asumsi mobilitas modal sempurna dan harga domestik tetap, yang mungkin tidak selalu realistis di dunia nyata.

5. Pendekatan Neraca Pembayaran

Pendekatan ini menekankan peran transaksi internasional dalam menentukan nilai tukar. Surplus neraca pembayaran cenderung mengapresiasi mata uang domestik, sedangkan defisit neraca pembayaran cenderung mendepresiasi mata uang domestik. Pendekatan Neraca Pembayaran memang menekankan peran transaksi internasional dalam menentukan nilai tukar. Pada dasarnya, neraca pembayaran mencatat semua transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain dalam periode waktu tertentu.

Komponen Neraca Pembayaran:

  • Neraca transaksi berjalan (current account): Mencatat transaksi barang, jasa, pendapatan, dan transfer berjalan.
    • Surplus neraca transaksi berjalan menunjukkan bahwa negara tersebut mengekspor lebih banyak barang dan jasa daripada yang diimpor, sehingga menghasilkan aliran masuk valuta asing bersih.
    • Defisit neraca transaksi berjalan menunjukkan bahwa negara tersebut mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada yang diekspor, sehingga menghasilkan aliran keluar valuta asing bersih.
  • Neraca modal dan finansial (capital and financial account): Mencatat transaksi investasi langsung, investasi portofolio, dan pinjaman.
    • Surplus neraca modal dan finansial menunjukkan bahwa negara tersebut menerima lebih banyak investasi dan pinjaman dari luar negeri daripada yang diberikan ke luar negeri, sehingga menghasilkan aliran masuk valuta asing bersih.
    • Defisit neraca modal dan finansial menunjukkan bahwa negara tersebut memberikan lebih banyak investasi dan pinjaman ke luar negeri daripada yang diterima dari luar negeri, sehingga menghasilkan aliran keluar valuta asing bersih.

Mekanisme Penentuan Nilai Tukar:

  1. Surplus Neraca Pembayaran: Ketika suatu negara mengalami surplus neraca pembayaran, artinya terdapat aliran masuk valuta asing bersih ke negara tersebut. Peningkatan permintaan valuta asing ini akan menyebabkan apresiasi mata uang domestik.
  2. Defisit Neraca Pembayaran: Ketika suatu negara mengalami defisit neraca pembayaran, artinya terdapat aliran keluar valuta asing bersih dari negara tersebut. Peningkatan penawaran valuta asing ini akan menyebabkan depresiasi mata uang domestik.

Contoh:

Jika Indonesia mengalami surplus neraca pembayaran karena ekspor komoditas yang tinggi, maka permintaan Rupiah akan meningkat, sehingga Rupiah akan terapresiasi terhadap mata uang lainnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran:

  • Daya saing: Negara dengan daya saing tinggi cenderung memiliki surplus neraca transaksi berjalan karena dapat mengekspor lebih banyak barang dan jasa.
  • Tingkat pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan impor, yang dapat menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan.
  • Kebijakan pemerintah: Kebijakan perdagangan, investasi, dan fiskal dapat memengaruhi neraca pembayaran.
  • Suku bunga: Suku bunga yang relatif tinggi dapat menarik modal asing dan menyebabkan surplus neraca modal dan finansial.

Keterbatasan Pendekatan Neraca Pembayaran:

  • Tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain: Pendekatan ini hanya fokus pada transaksi internasional dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi nilai tukar, seperti ekspektasi pasar dan sentimen investor.
  • Data neraca pembayaran: Data neraca pembayaran mungkin tidak selalu akurat dan lengkap, sehingga dapat menyulitkan analisis.

Pendekatan Neraca Pembayaran memberikan kerangka kerja yang penting untuk memahami bagaimana transaksi internasional dapat memengaruhi nilai tukar. Dengan menganalisis neraca pembayaran, kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong pergerakan nilai tukar dan merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat.

6. Pasar Valuta Asing (Forex Market)

Nilai tukar ditentukan di pasar valuta asing (forex market), yaitu pasar global yang beroperasi 24 jam sehari dan memfasilitasi perdagangan mata uang. Pasar forex merupakan pasar terbesar dan paling likuid di dunia. Di pasar ini, terdapat berbagai pelaku, antara lain:

  • Bank sentral: bertindak sebagai pembeli dan penjual mata uang untuk mengelola cadangan devisa dan memengaruhi nilai tukar.
  • Bank komersial: memfasilitasi transaksi valuta asing untuk nasabah mereka dan juga melakukan perdagangan untuk tujuan mereka sendiri.
  • Perusahaan multinasional: membutuhkan valuta asing untuk melakukan transaksi bisnis internasional.
  • Investor institusional: seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi, yang berinvestasi di aset-aset valuta asing.
  • Individu: melakukan transaksi valuta asing untuk tujuan pariwisata, investasi, atau pengiriman uang.

7. Apresiasi dan Depresiasi

Apresiasi dan depresiasi adalah dua istilah kunci dalam memahami fluktuasi nilai tukar mata uang. Mari kita bahas lebih rinci dampak dari masing-masing kondisi ini:

Apresiasi

Ketika mata uang domestik mengalami apresiasi, artinya nilai mata uang tersebut meningkat dibandingkan dengan mata uang asing.

Dampak Apresiasi:

  • Impor lebih murah: Karena nilai mata uang domestik lebih kuat, kita dapat membeli lebih banyak barang dan jasa dari luar negeri dengan jumlah uang yang sama. Hal ini menguntungkan konsumen karena harga barang impor menjadi lebih murah.
  • Ekspor lebih mahal: Bagi negara lain, barang dan jasa yang kita ekspor menjadi lebih mahal karena mereka harus mengeluarkan lebih banyak mata uang mereka untuk membeli produk kita. Hal ini dapat menurunkan daya saing produk ekspor kita di pasar internasional.
  • Inflasi terkendali: Apresiasi dapat membantu mengendalikan inflasi karena harga barang impor yang lebih murah.
  • Arus modal masuk: Apresiasi dapat menarik investor asing untuk menanamkan modal di negara kita karena mereka mengharapkan keuntungan dari penguatan nilai tukar.

Depresiasi

Ketika mata uang domestik mengalami depresiasi, artinya nilai mata uang tersebut menurun dibandingkan dengan mata uang asing.

Dampak Depresiasi:

  • Impor lebih mahal: Kita harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa dari luar negeri, sehingga harga barang impor menjadi lebih mahal. Hal ini dapat meningkatkan inflasi.
  • Ekspor lebih murah: Bagi negara lain, barang dan jasa yang kita ekspor menjadi lebih murah, sehingga daya saing produk ekspor kita di pasar internasional meningkat.
  • Pertumbuhan ekonomi: Depresiasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi karena ekspor yang lebih kompetitif dapat meningkatkan produksi dan menciptakan lapangan kerja.
  • Arus modal keluar: Depresiasi dapat menyebabkan investor asing menarik modal mereka dari negara kita karena mereka khawatir akan mengalami kerugian akibat pelemahan nilai tukar.

Contoh:

  • Jika 1 Dolar AS sebelumnya setara dengan Rp 15.000, lalu menguat menjadi Rp 14.000, maka Rupiah mengalami apresiasi terhadap Dolar AS.
  • Sebaliknya, jika 1 Dolar AS sebelumnya setara dengan Rp 15.000, lalu melemah menjadi Rp 16.000, maka Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar AS.

Penting untuk diingat bahwa apresiasi dan depresiasi memiliki dampak yang kompleks dan bervariasi terhadap perekonomian. Pemerintah dan bank sentral perlu memantau pergerakan nilai tukar dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi.

8. Volatilitas Nilai Tukar

Nilai tukar dapat berfluktuasi secara signifikan dalam jangka pendek karena berbagai faktor, termasuk berita ekonomi, peristiwa politik, dan sentimen pasar. Volatilitas nilai tukar dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dan memengaruhi keputusan investasi dan perdagangan.

Volatilitas nilai tukar mengacu pada fluktuasi atau perubahan nilai tukar yang cepat dan tidak terduga dalam jangka pendek. Volatilitas ini dapat menimbulkan ketidakpastian bagi berbagai pelaku ekonomi, mulai dari individu hingga perusahaan multinasional, karena dapat memengaruhi nilai aset, biaya, dan keuntungan.

Faktor-faktor Penyebab Volatilitas Nilai Tukar:

  • Berita ekonomi: Rilis data ekonomi penting, seperti data inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran, dapat memicu reaksi cepat di pasar valuta asing dan menyebabkan volatilitas nilai tukar. Contohnya, jika data inflasi di Amerika Serikat lebih tinggi dari perkiraan, Dolar AS mungkin akan terapresiasi karena investor mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed.
  • Peristiwa politik: Ketidakstabilan politik, pemilihan umum, dan perubahan kebijakan pemerintah dapat meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas nilai tukar. Misalnya, ketidakpastian politik di suatu negara dapat menyebabkan investor menarik modal mereka, sehingga mata uang negara tersebut terdepresiasi.
  • Sentimen pasar: Persepsi dan ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi dan politik suatu negara dapat memengaruhi nilai tukar. Sentimen pasar yang positif dapat mendorong apresiasi, sedangkan sentimen negatif dapat memicu depresiasi.
  • Spekulasi: Aktivitas spekulatif di pasar valuta asing, di mana pelaku pasar mencoba mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar, juga dapat meningkatkan volatilitas.
  • Intervensi bank sentral: Intervensi bank sentral di pasar valuta asing, seperti membeli atau menjual mata uang domestik, dapat memengaruhi penawaran dan permintaan dan menyebabkan volatilitas.
  • Bencana alam dan kejadian tak terduga: Bencana alam, pandemi, dan kejadian tak terduga lainnya dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi dan memicu volatilitas nilai tukar.

Dampak Volatilitas Nilai Tukar:

  • Ketidakpastian: Volatilitas nilai tukar menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi, terutama bagi mereka yang terlibat dalam perdagangan internasional atau investasi lintas negara.
  • Risiko nilai tukar: Perubahan nilai tukar yang cepat dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan dan investor.
  • Pengambilan keputusan: Volatilitas nilai tukar dapat mempersulit pengambilan keputusan investasi dan perdagangan karena sulit untuk memprediksi pergerakan nilai tukar di masa depan.
  • Perdagangan internasional: Volatilitas nilai tukar dapat menghambat perdagangan internasional karena meningkatkan risiko dan biaya transaksi.
  • Investasi asing: Volatilitas nilai tukar dapat mengurangi minat investor asing untuk berinvestasi di negara-negara dengan mata uang yang tidak stabil.

Contoh:

  • Pengumuman Brexit pada tahun 2016 menyebabkan Poundsterling Inggris mengalami depresiasi tajam terhadap mata uang lainnya karena meningkatnya ketidakpastian politik dan ekonomi.
  • Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 memicu volatilitas nilai tukar di seluruh dunia karena dampaknya terhadap perekonomian global.

Mengatasi Volatilitas Nilai Tukar:

Pelaku ekonomi dapat menggunakan berbagai strategi untuk mengurangi dampak volatilitas nilai tukar, seperti:

  • Hedging: Melindungi nilai aset dan liabilitas dari fluktuasi nilai tukar dengan menggunakan instrumen derivatif seperti forward, futures, options, dan swap.
  • Diversifikasi: Menyebarkan investasi ke berbagai mata uang untuk mengurangi risiko.
  • Analisis fundamental dan teknikal: Menganalisis faktor-faktor ekonomi dan politik yang memengaruhi nilai tukar untuk memprediksi pergerakan nilai tukar di masa depan.
  • Manajemen risiko: Mengembangkan strategi manajemen risiko yang komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko nilai tukar.

Volatilitas nilai tukar merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam ekonomi global. Dengan memahami penyebab dan dampak volatilitas, pelaku ekonomi dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola risiko dan memaksimalkan peluang.

9. Risiko Nilai Tukar

Perubahan nilai tukar dapat menimbulkan risiko bagi pelaku ekonomi yang melakukan transaksi internasional.

  • Risiko transaksi: risiko kerugian akibat perubahan nilai tukar antara saat transaksi dilakukan dan saat diselesaikan.
  • Risiko translasi: risiko perubahan nilai aset dan liabilitas dalam mata uang asing saat dikonversi ke mata uang domestik.
  • Risiko ekonomi: risiko perubahan nilai tukar yang memengaruhi daya saing dan profitabilitas perusahaan.

10. Manajemen Risiko Nilai Tukar

Pelaku ekonomi dapat menggunakan berbagai instrumen untuk mengelola risiko nilai tukar, antara lain:

  • Hedging: melindungi nilai aset dan liabilitas dari fluktuasi nilai tukar dengan menggunakan instrumen derivatif seperti forward, futures, options, dan swap.
  • Diversifikasi: mengurangi risiko dengan menyebarkan investasi ke berbagai mata uang.
  • Penyesuaian harga: menyesuaikan harga produk dan jasa untuk mengimbangi perubahan nilai tukar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar:

  • Faktor ekonomi: pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, neraca pembayaran, utang pemerintah, dan cadangan devisa.
  • Faktor politik: stabilitas politik, kebijakan pemerintah, dan risiko geopolitik.
  • Faktor psikologis: ekspektasi pasar dan sentimen investor.

Sistem Kurs:

  • Sistem Kurs Tetap: nilai tukar dipatok terhadap mata uang tertentu atau sekeranjang mata uang.
  • Sistem Kurs Mengambang: nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran).
  • Sistem Kurs Terkendali: merupakan kombinasi antara sistem kurs tetap dan mengambang.

Penentuan nilai tukar merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tidak ada satu teori pun yang dapat menjelaskan secara sempurna pergerakan nilai tukar. Pemahaman terhadap berbagai teori dan konsep tersebut dapat membantu dalam menganalisis dan memprediksi pergerakan nilai tukar.

Konsep penentuan kurs diawali dengan konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca pembayaran (balance of payment theory ).

Konsep Purchasing Power Parity (PPP) merupakan teori yang paling banyak diterima dari semua teori penentuan nilai tukar, teori (PPP), menyatakan bahwa nilai tukar ekuilibrium jangka panjang ditentukan oleh rasio harga domestik secara relatif terhadap harga luar negeri, seperti berikut ini :
• PPP adalah yang tertua dan paling banyak diikuti dari teori nilai tukar.
• Kebanyakan teori penentuan nilai tukar memiliki elemen PPP tertanam dalam kerangka kerja mereka.

Pendekatan neraca pembayaran (balance of payment theory) setelah paritas daya beli, pendekatan teoritis yang paling sering digunakan untuk penentuan nilai tukar mungkin yang melibatkan penawaran dan permintaan untuk mata uang di pasar valuta asing. Nilai tukar ini mencerminkan transaksi berjalan dan transaksi rekening keuangan dicatat dalam neraca suatu neraca pembayaran, seperti berikut ini :
• Berpendapat bahwa nilai tukar ekuilibrium ditemukan ketika arus masuk bersih (outflow) dari valuta asing yang timbul dari aktivitas transaksi berjalan sesuai dengan arus keluar bersih (inflow) valuta asing yang timbul dari aktivitas finansial.
• Pendekatan neraca pembayaran terus menikmati tingkat luas banding sebagai neraca transaksi pembayaran adalah salah satu yang paling sering ditangkap dan dilaporkan kegiatan ekonomi internasional.
• Kritik terhadap pendekatan neraca pembayaran timbul dari teori penekanan pada arus mata uang dan modal ketimbang saham uang atau aset keuangan.
• Saham relatif uang atau aset keuangan memainkan peran dalam nilai tukar determin dalam teori ini, kelemahan dieksplorasi dalam pendekatan pasar moneter dan aset berikut.

Perkembangan konsep penentuan kurs valuta asing selanjutnya adalah pendekatan moneter (monetary approach). Pendekatan moneter menekankan bahwa kurs valuta asing sebagai harga relatif dari dua jenis mata uang, ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Pendekatan moneter mempunyai dua anggapan pokok, yaitu berlakunya teori paritas daya beli dan adanya teori permintaan uang yang stabil dari sejumlah variabel ekonomi agregate. Hal tersebut berarti model pendekatan moneter terhadap kurs valuta asing dapat ditentukan dengan mengembangkan model permintaan uang dan model paritas daya beli.

Pendekatan moneter menyatakan bahwa kurs devisa sebagai harga relatif dari dua jenis mata uang, ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Pendekatan moneter pada dasarnya terdiri dari dua versi, yaitu versi harga fleksibel (fleksible price version) dan versi harga kaku (sticky price version). Versi harga kaku muncul akibat adanya kritik terhadap anggapan adanya fleksibilitas harga dalam versi harga fleksibel. Menurut versi ini, anggapan adanya kekakuan harga lebih realistis bila menyangkut jangka waktu yang pendek. (Ronald MacDonald ; 1990). Versi harga kaku sering disebut pendekatan Keynesian karena anggapan adanya variabel jumlah uang beredar yang endogen. Kedua anggapan tersebut tidak mengakui efektifitas mekanisme pasar dalam menyelesaikan ketidakseimbangan pasar uang yang terjadi dalam jangka pendek.

Pendekatan moneter juga mengasumsikan bahwa harga fleksibel dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga mekanisme transmisi berdampak secara langsung.

Pendekatan moneter menghilangkan sejumlah faktor, yang umumnya disepakati oleh para ahli mata pelajaran sama pentingnya untuk bertukar penentuan nilai, termasuk 1) kegagalan PPP untuk terus dalam jangka pendek dan menengah; 2) permintaan uang muncul relatif stabil dari waktu ke waktu; dan 3) tingkat kegiatan ekonomi dan jumlah uang beredar muncul untuk menjadi saling bergantung, tidak mandiri. Akibatnya, kita tidak akan mengejar pendekatan moneter lebih lanjut.

REFERENSI

  • Dominick Salvatore. (2017). International Economics (12th ed.). Wiley.
  • Paul R. Krugman, Maurice Obstfeld, and Marc J. Melitz. (2018). International Economics: Theory and Policy (11th ed.). Pearson.
  • Robert C. Feenstra and Alan M. Taylor. (2017). International Trade (4th ed.). Worth Publishers.
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...