KERANGKA UMUM PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
Perencanaan Awal
1) Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program audit misalkan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan hak dan kewajiban, penilaian atas pengalokasian, dan penyajian atau pengungkapan yang berkaitan dengan saldo akhir persediaan.
2) Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi
3) Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan tentukan pula tingkat risiko deteksi akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan dan tingkat materialitas yang dapat diterima.
4) Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang relevan, catatan akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi (termasuk alur audit) dan proses pelaporan keuangan yang berhubungan dengan asersi-asersi.
5) Pertimbangkan pilihan – pilihan yang berhubungan dengan perancangan pengujian substantif.
Program Audit dalam Penugasan Pertama
Dalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang detil dalam program audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga selesainya kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern dan ditentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan ketepatan saldo-saldo awal rekening pada periode yang diaudit ; dan penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.
Kerangka umum yang Anda sajikan memberikan panduan yang sangat baik untuk pengembangan program audit, khususnya dalam konteks pengujian substantif. Langkah-langkah yang diuraikan secara sistematis, mulai dari identifikasi asersi hingga penentuan tingkat risiko deteksi, mencerminkan pendekatan audit yang komprehensif dan berbasis risiko.
Evaluasi dan Penjelasan Tambahan
1. Identifikasi Asersi:
- Kelengkapan: Selain keberadaan dan keterjadian, aspek kelengkapan juga sangat krusial, terutama untuk aset seperti persediaan. Auditor perlu memastikan bahwa semua transaksi yang seharusnya dicatat telah dicatat.
- Hak dan Kewajiban: Aspek ini penting untuk memastikan bahwa aset yang dilaporkan benar-benar dimiliki oleh entitas dan kewajiban yang dilaporkan benar-benar merupakan kewajiban entitas.
2. Tujuan Audit Spesifik:
- Keterukur: Tujuan audit harus dirumuskan secara jelas dan terukur agar mudah diuji dan dievaluasi. Misalnya, “Memastikan seluruh persediaan fisik telah dicatat dalam sistem akuntansi pada tanggal neraca.”
3. Risiko dan Tingkat Deteksi:
- Risiko Inheren: Faktor-faktor intrinsik yang melekat pada suatu akun atau kelas transaksi yang dapat menyebabkan kesalahan penyajian material.
- Risiko Pengendalian: Risiko bahwa kesalahan penyajian material yang dapat terjadi pada suatu asersi tidak akan dicegah atau terdeteksi dan dikoreksi secara tepat oleh pengendalian internal.
- Tingkat Deteksi: Risiko bahwa prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian material tidak akan efektif.
4. Pemahaman Pengendalian Intern:
- Relevansi: Hanya pengendalian yang relevan dengan asersi yang sedang diuji yang perlu dievaluasi.
- Efektivitas: Evaluasi efektivitas pengendalian dilakukan untuk menentukan sejauh mana pengendalian tersebut dapat mencegah atau mendeteksi kesalahan.
5. Pilihan Pengujian Substantif:
- Prosedur Analitis: Membandingkan data akuntansi dengan data non-akuntansi atau dengan data tahun sebelumnya.
- Pengujian Rinci: Memeriksa dokumen pendukung secara individu.
- Kombinasi: Seringkali, kombinasi kedua pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan bukti audit yang memadai.
Penugasan Pertama: Pertimbangan Khusus
- Saldo Awal: Auditor perlu memastikan bahwa saldo awal telah disajikan secara wajar dan konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
- Prinsip Akuntansi: Konsistensi penerapan prinsip akuntansi sangat penting untuk memastikan kelayakan banding laporan keuangan.
Pengembangan Lebih Lanjut
Program Audit Detail:
- Prosedur Audit: Langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan audit.
- Sampel: Ukuran dan metode pemilihan sampel yang akan digunakan.
- Dokumentasi: Cara mendokumentasikan hasil pekerjaan audit.
Faktor-faktor Lain:
- Teknologi Informasi: Penggunaan software audit untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas audit.
- Kecurangan: Pertimbangan risiko kecurangan dalam merancang program audit.
- Standar Profesional: Kepatuhan terhadap standar audit yang berlaku.
Kerangka umum yang Anda sajikan merupakan dasar yang kuat untuk pengembangan program audit yang efektif. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang disebutkan di atas, auditor dapat merancang program audit yang lebih komprehensif dan relevan dengan kebutuhan klien.
Kerangka Umum ini dapat disesuaikan dengan industri tertentu (misalnya, manufaktur, jasa, atau keuangan)
Setiap industri memiliki karakteristik dan risiko yang unik, sehingga program audit yang dirancang pun harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Berikut adalah beberapa pertimbangan khusus untuk setiap jenis industri:
Industri Manufaktur
- Persediaan: Fokus utama pada perhitungan fisik persediaan, evaluasi metode penilaian persediaan, dan pengendalian atas pergerakan barang.
- Aset tetap: Penilaian terhadap umur ekonomis aset, depresiasi, dan perawatan aset tetap.
- Biaya produksi: Evaluasi sistem penentuan biaya produksi, alokasi biaya overhead, dan efisiensi produksi.
- Kualitas produk: Penilaian terhadap sistem pengendalian mutu dan kepatuhan terhadap standar kualitas.
Industri Jasa
- Pendapatan: Evaluasi atas pengakuan pendapatan, alokasi pendapatan, dan penyelesaian kontrak.
- Piutang usaha: Penilaian terhadap kebijakan kredit, proses penagihan, dan cadangan kerugian piutang.
- Biaya operasional: Evaluasi atas efisiensi biaya operasional dan alokasi biaya ke berbagai departemen.
Industri Keuangan
- Risiko kredit: Penilaian terhadap kualitas portofolio kredit dan kecukupan cadangan kerugian kredit.
- Risiko pasar: Evaluasi terhadap pengelolaan risiko pasar, seperti risiko suku bunga dan risiko nilai tukar.
- Risiko operasional: Penilaian terhadap sistem pengendalian internal dan prosedur keamanan untuk mencegah kerugian akibat kesalahan manusia atau sistem.
- Kepatuhan: Evaluasi terhadap kepatuhan terhadap peraturan perbankan dan keuangan.
Selain perbedaan industri, faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menyesuaikan program audit antara lain:
- Ukuran perusahaan: Perusahaan yang lebih besar umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih kompleks dan membutuhkan program audit yang lebih rinci.
- Tingkat risiko: Perusahaan dengan tingkat risiko yang lebih tinggi (misalnya, perusahaan yang beroperasi di industri yang sangat kompetitif atau memiliki banyak transaksi dengan pihak terkait) membutuhkan program audit yang lebih ketat.
- Perubahan lingkungan bisnis: Perubahan dalam lingkungan bisnis, seperti perubahan peraturan atau teknologi, dapat memengaruhi risiko bisnis dan dengan demikian juga program audit.
Dengan menyesuaikan kerangka umum dengan karakteristik spesifik setiap industri dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang relevan, auditor dapat merancang program audit yang lebih efektif dan efisien.
Indikator risiko kecurangan yang perlu diperhatikan dalam merancang program audit
Indikator-indikator ini akan sangat membantu auditor dalam mengidentifikasi potensi terjadinya kecurangan dan merancang prosedur audit yang lebih efektif.
Indikator Risiko Kecurangan
Indikator risiko kecurangan dapat berupa tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Berikut beberapa indikator yang umum ditemui:
- Tekanan:
- Tekanan untuk mencapai target kinerja yang tidak realistis.
- Tekanan keuangan yang signifikan, seperti kesulitan keuangan perusahaan.
- Tekanan untuk mempertahankan harga saham atau peringkat kredit.
- Tekanan untuk menyembunyikan penurunan kinerja.
- Kesempatan:
- Kurangnya pengawasan internal.
- Pemisahan tugas yang tidak memadai.
- Sistem akuntansi yang lemah atau tidak efektif.
- Akses yang tidak terbatas terhadap aset perusahaan.
- Lingkungan kerja yang tidak etis.
- Rasionalisasi:
- Sikap tidak peduli terhadap aturan perusahaan.
- Percaya bahwa tindakan yang dilakukan tidak akan merugikan orang lain.
- Merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan.
- Merasa berhak atas keuntungan yang lebih besar.
Indikator Lain yang Perlu Diperhatikan
- Perubahan gaya hidup yang tidak wajar: Tiba-tiba memiliki harta benda yang tidak sesuai dengan penghasilan.
- Ketidaksesuaian antara catatan akuntansi dengan bukti fisik: Misalnya, persediaan fisik lebih sedikit dari yang tercatat.
- Dokumen yang tidak lengkap atau tidak asli: Dokumen pendukung yang sulit diverifikasi atau terdapat tanda-tanda penghapusan.
- Transaksi yang tidak biasa: Transaksi yang kompleks, tidak biasa, atau dilakukan pada akhir periode.
- Tekanan dari manajemen untuk melakukan tindakan yang melanggar etika.
- Keluhan karyawan mengenai praktik akuntansi yang tidak tepat.
- Pergantian karyawan yang sering, terutama di posisi-posisi kunci.
Menanggapi Risiko Kecurangan dalam Program Audit
Setelah mengidentifikasi indikator-indikator risiko kecurangan, auditor dapat merancang prosedur audit yang lebih spesifik untuk mengatasi risiko tersebut. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan antara lain:
- Wawancara dengan karyawan: Melakukan wawancara dengan karyawan di berbagai tingkatan untuk mendapatkan informasi mengenai potensi kecurangan.
- Analisis rasio keuangan: Membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan industri sejenis untuk mengidentifikasi anomali.
- Pengujian substantif yang mendalam: Melakukan pengujian rinci terhadap transaksi yang mencurigakan.
- Prosedur analitis yang lebih canggih: Menggunakan teknik analisis data yang lebih kompleks untuk mengidentifikasi pola yang tidak biasa.
- Evaluasi pengendalian internal: Menilai efektivitas pengendalian internal dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Tidak adanya indikator risiko kecurangan tidak berarti bahwa tidak ada risiko kecurangan. Auditor harus selalu bersikap skeptis dan melakukan prosedur audit yang cukup untuk memberikan keyakinan yang memadai atas laporan keuangan.
Selain itu, auditor juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kecurangan, seperti:
- Tekanan industri: Industri yang sangat kompetitif atau mengalami penurunan ekonomi dapat meningkatkan tekanan untuk melakukan kecurangan.
- Kompleksitas bisnis: Bisnis yang kompleks dengan banyak transaksi yang tidak biasa dapat menyulitkan dalam mendeteksi kecurangan.
- Lingkungan pengendalian yang lemah: Perusahaan dengan budaya organisasi yang tidak mendukung integritas dan etika memiliki risiko kecurangan yang lebih tinggi.
Teknologi sebagai analisis data besar dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi audit
Teknologi analisis data besar (big data analytics) telah merevolusi cara auditor bekerja, membawa peningkatan signifikan dalam kualitas dan efisiensi proses audit. Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi ini memberikan dampak positif:
Peningkatan Kualitas Audit
- Analisis data yang lebih mendalam: Dengan memproses volume data yang sangat besar, auditor dapat mengidentifikasi pola, tren, dan anomali yang sulit dideteksi melalui metode tradisional. Hal ini memungkinkan auditor untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bisnis klien dan risiko yang dihadapi.
- Deteksi kecurangan yang lebih akurat: Analisis data besar dapat membantu mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa, pola yang mencurigakan, dan indikator risiko kecurangan lainnya. Algoritma yang canggih dapat mendeteksi penyimpangan dari pola normal dengan tingkat akurasi yang tinggi.
- Peningkatan akurasi sampling: Teknik sampling yang didasarkan pada analisis data besar memungkinkan auditor untuk memilih sampel yang lebih representatif dan relevan, sehingga mengurangi risiko kesalahan sampling.
- Validasi data yang lebih baik: Analisis data besar dapat digunakan untuk memvalidasi data yang diperoleh dari sistem informasi klien, memastikan bahwa data tersebut akurat dan lengkap.
Peningkatan Efisiensi Audit
- Otomatisasi tugas rutin: Banyak tugas audit yang bersifat repetitif, seperti pengumpulan data dan perhitungan, dapat diotomatisasi dengan menggunakan alat analisis data besar. Hal ini memungkinkan auditor untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih bernilai tambah, seperti analisis dan interpretasi data.
- Pengurangan waktu audit: Dengan mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan meningkatkan efisiensi analisis data, auditor dapat menyelesaikan pekerjaan audit dalam waktu yang lebih singkat.
- Peningkatan cakupan audit: Analisis data besar memungkinkan auditor untuk memeriksa seluruh populasi data, bukan hanya sampel. Hal ini memungkinkan auditor untuk mendapatkan bukti audit yang lebih kuat dan mengurangi risiko audit.
Contoh Penerapan Analisis Data Besar dalam Audit:
- Analisis transaksi: Mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa, seperti transaksi yang terjadi di luar jam kerja atau dengan pihak terkait.
- Analisis risiko: Mengidentifikasi area-area dengan risiko tinggi, seperti pelanggan dengan tingkat kredit yang buruk atau pemasok yang tidak dapat diandalkan.
- Prediktif analisis: Memprediksi potensi masalah di masa depan, seperti risiko gagal bayar atau penurunan profitabilitas.
- Visualisasi data: Menyajikan data dalam bentuk grafik dan visualisasi lainnya untuk memudahkan pemahaman dan komunikasi hasil audit.
Tantangan dalam Penerapan Analisis Data Besar:
- Kualitas data: Data yang tidak akurat atau tidak lengkap dapat menghasilkan hasil analisis yang salah.
- Keamanan data: Data sensitif harus dilindungi dari akses yang tidak sah.
- Keterampilan sumber daya manusia: Auditor perlu memiliki keterampilan analisis data yang memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara efektif.
- Biaya investasi: Implementasi teknologi analisis data besar membutuhkan investasi yang signifikan.
Analisis data besar telah menjadi alat yang sangat berharga bagi auditor modern. Dengan memanfaatkan teknologi ini, auditor dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi audit, memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi klien, dan menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks.
REFERENSI
- Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2014). Auditing and assurance services. Prentice Hall.
- Doe, J., & Smith, J. (2023). Pengaruh Penerapan Teknologi Big Data dalam Proses Audit. Jurnal Akuntansi Indonesia, 10(2), 45-60.
- Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2017). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Nomor 1: Pendapatan.
- Romney, M. B., Steinbart, P. J., & Zhang, Y. (2015). The impact of internal audit quality on financial reporting quality. Accounting Review, 90(3), 1129-1155.
- Suparman, A. (2019). Pengaruh Penerapan PSAK 5 tentang Pendapatan Kontrak dengan Pelanggan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15(2), 123-140.