Perkembangan dan Sejarah Akuntansi Dari Zaman Kuno Hingga Modern

Akuntansi mempunyai arti yang lebih luas dalam arti meliputi pengetahuan mengenai tata buku, tapi juga meliputi pembuatan berbagai teknik pencatatan (sistem akuntansi), interpretasi laporan keuangan, menyajikan laporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, cara-cara melaporkan fakta-fakta usaha, dan berbagai teknik untuk mengawasi seluruh jalannya sesuatu organisasi dari segi uang maupun kuantitas.

Tujuan utama akuntansi adalah memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil putusan bagi manajemen, pemegang saham, pemerintah atau pihak-pihak lain yang berkepentingan sehingga keputusan-keputusan yang benar dapat diambil tentang apa yang sudah terjadi dalam organisasi atau apa yang harus diperbuat dikemudian hari.

Sejarah Akuntansi Zaman Kuno

Perkembangan dan Sejarah Akuntansi Dari Zaman Kuno Hingga Modern

Perkembangan dan Sejarah akuntansi di dunia dapat ditelusuri sampai sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Hal ini terbukti dari periode Mesir kuno sewaktu pembuatan piramid dan sphinx sekitar 2650 tahun sebelum Masehi. Dari sekian banyak fungsi terbukti bahwa fungsi pencatatan merupakan fungsi yang mula-mula dikenal oleh umat manusia.

Sejak 4000 tahun sebelum masehi (SM) di Babilonia telah terdapat catatan akuntansi ditembok-tembok yang diketemukan pada reruntuhan dari zaman itu. Demikian pula pada zaman Yunani dan Roma kuno telah pula terdapat catatan akuntansi. Akuntansi pada waktu itu masih bersifat alat pencatatan dan belum dapat disebut ilmu.

Perkembangan selanjutnya terdapat pada abad pertengahan di Italia. Kemajuan pada abad pertengahan ini menimbulkan pusat-pusat perdagangan di Florence dan Venesia serta memerlukan tehnik-tehnik pencatatan tertentu.

Sejarah Akuntansi Zaman Pertengahan di Eropa

Dapat dipahami bahwa pada tahun 1494 di Venesia, Italia merupakan tahun pertama kali diperkenalkannya tata buku berpasangan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang terkenal dengan judul Summa de Arithmetica Geometría Proportioni et Proportionalita (Review of Arithmetic, Geometry and Proportions). Keseluruhan isi buku Pacioli bukan mengenai akuntansi.

Sebagian isi bukunya adalah mengenai Arithmetic, Algebra dan Geometry. Pada bagian lain dari buku tersebut dengan subjudul Particularis de Computis et Scripturis (Particulars of Reckonings and Their Recording) yaitu bagian yang berisi double entry accoounting.

Sebetulnya Pacioli bukan penemu pertama dari double entry accounting sebab menurut pengakuannya sendiri sistem tersebut sudah dipakai paling sedikit 100 tahun sebelumnya di Venice. Menurut penulis Barat asal mula akuntansi yang sekarang adalah dari buku Pacioli ini.

Namun belakangan setelah dilakukan berbagai penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi. Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah dikenal Islam sejak abad ke-9 M.

Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Pacioli pada tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya. Gambar diatas menyembunyikan beberapa kemajuan peradaban yang telah ada sebelumnya seperti peradaban Islam (600-125), kebudayaan India, Cina dan Parsi. Akuntansi pada masa kelahiran feodalisme di Eropa mulai berkembang dan saling menopang dengan perkembangan ekonomi kapitalis.

Akuntansi melakukan kegiatan pencatatan dan pemberian informasi bagi investor atau capitalistdari kreditor sehingga ia dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan baginya. Dengan akuntansi investor dapat mengawasi asset perusahaannya dan dapat mengembangkan modalnya sehingga semakin besar dan meluas. Perkembangan ekonomi yang pesat di Eropa menyebabkan para investor sampai menjelajah ke benua Amerika dan akhirnya belahan bumi ini menjadi daerah tumbuh suburnya ilmu akuntansi sampai sekarang.

Vernom Kam menjelaskan :

….the terms we employ today debit and credit, were mentioned by Bacioli as debeo (owed to) and credito (owed by), which came from the latin debeo and credo. The word debeo has the meaning of “owed to me, the proprietor,” and the word credo means “trust” or “believe,” which is based on the fact that in business a creditor must trust or believe in the integrity of the proprietor. In explaining the double entry system, Bacioli said, “All entries… have to be double entries, that is. if you make one creditor, you must make some one debitor.

Contoh yang diberikan Pacioli adalah semua usaha dijalankan untuk suatu waktu yang singkat, misalnya pembelian 100 kg garam yang akan dijual untuk mencari laba. Transaksi yang dibuat adalah sebagai berikut:

Perkembangan dan Sejarah Akuntansi Dari Zaman Kuno Hingga Modern

Catatan-catatan ini mula-mula diperlukan seseorang untuk harta bendanya sendiri. Lambat laun catatan berupa Neraca dan atau Laba/Rugi menjadi alat pertanggung-jawaban seseorang yang mengurus harta benda orang lain (stewardship).

Dalam tahap ini akuntansi berkembang di Eropa (Italia, Belanda, Jerman, Inggris, Perancis). Perlu dicatat, bahwa Pacioli sebenarnya bukan pencipta sistem pembukuan rangkap melainkan merupakan orang pertama yang tulisannya diketahui.

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Russel: “Winning The Future” (1986), hal. 81, maka pada awal abad ke-14, di Italia perdagangan meningkat antara lain mempergunakan “The arabs more sophisticated double entry system“. Sebenarnya sistem pembukuan rangkap telah digunakan oleh bangsa yang memeluk Agama Islam dalam zaman keemasan peradaban Islam, sebelum buku Pacioli diterbitkan.

Revolusi industri pada abad ke-18 menimbulkan keperluan akan informasi tentang biaya produksi sehingga terciptalah akuntansi biaya disamping akuntansi keuangan berupa Daftar Neraca dan Laba/Rugi. Perkembangan akuntansi biaya terutama terdapat di Inggris dengan diterbitkannya buku Robert Hamilton (1798) yang berjudul “Introduction to Merchandise“, buku ini merupakan dasar akuntansi biaya.

Pada abad ke-19 merupakan perkembangan akuntansi, pada masa itu berkembanglah pula “depreciation accounting” karena sebelum itu depresiasi tidak dianggap sebagai biaya. Pada tahun 1877, Garke dan Fells menulis buku “Factory Account” sebagai sumbangan kemajuan ” industrial accounting”.

Sejarah Akuntansi Modern

Pada abad ke-20 akuntansi lebih berkembang di Inggris dan Amerika Serikat serta akuntansi telah berkembang menjadi dua cabang yaitu : “Financial Accounting” dan “Cost Accounting”. Cost Accounting yang semula diperlukan untuk informasi biaya, berkembang menjadi alat untuk dasar berbagai putusan ekonomi para manager. Sehingga dalam tahun 1950-an oleh Vatter mengganti nama menjadi “Management Accounting”.

Sejak dimulainya penjajahan Belanda oleh Verenigde Oost Indische compagnie (VOC) sejak akhir abad ke-20, maka sistem pembukuan rangkap dikenal di Indonesia. Sejak tahun 1930-an pada masa resesi dunia, di Amerika Serikat timbul keperluan akan prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari laporan keuangan.

Perkembangan dan Sejarah Akuntansi Dari Zaman Kuno Hingga Modern

New York Security Exchange dan American Institute of Accountants bekerja sama untuk menyusun standar-standar akuntansi guna memperbaiki informasi yang diberikan melalui laporan keuangan. Dengan demikian maka akuntansi lebih meningkat pada tahap pengertian sebagai “sistem informasi”, sebagaimana sekarang.

Pada tahun 1940. buku Raton-Littleton: “An Introduction to Corporate Accounting Standards”. Oleh para pakar akuntansi dianggap sebagai usaha menyusun “teori akuntansi” secara serius. Terbukti, teori akuntansi yang dimulai oleh Raton-littleton sifatnya adalah normatif yaitu bahwa teori ini bertujuan untuk menyusun konsep-konsep yang mendasari pedoman berupa “prinsip (Standard) akuntansi”.

Akuntansi Antara ‘Ilmu’ Atau ‘Teori’

Pada tahun 1986, Watts-Zimmerman menerbitkan buku yang berjudul “Positive Accounting Theory“. Teori yang positif ini bertujuan untuk menerangkan hubungan sebab akibat (causal) tentang gejala-gejala akuntansi. Teori ini dapat kritikan yang tajam dari Christenson (penganut teori Popper) yang menganggap bahwa teori yang dicetuskan oleh Watts-Zimmerman belum memenuhi persyaratan ilmiah.

Situasi sampai tahun 1991 adalah bahwa belum ada kesepatan yang bulat antara para pakar akuntansi, apakah akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai “ilmu”. Karena teori terdiri dari teori-teori yang dianggap ilmiah, maka para pakar akuntansi menganggap akuntansi belum memenuhi syarat sebagai ilmu atau tidak mempunyai teori. Akan tetapi ada pakar akuntansi yang beranggapan bahwa akuntansi bisa dimasukkan dalam kelompok ilmu.

Champers berpendapat, bahwa “pola ilmiah untuk teori akuntansi dapat dibuktikan”, sedangkan Devine dalam tulisannya mengemukakan bahwa:

“…The old question as to whether accounting is an art or science has had a ridiculous flavor from the beginning. Of course Accountants are scientists within any usual meaning of the phrase”. Selanjutnya dia mengatakan “In fact the problems of science, other than thoseof procedure, are found in the field of accounting; and in addition, accounting may have some normative and phychological problems that the physical sciences do not ordinary process’.

Masih banyak para pakar akuntansi yang lain yang menganggap akuntansi merupakan ilmu. Apabila ditelaah secara seksama, mengapa pendapat itu berbeda maka terbukti bahwa akibat penafsiran yang berbeda tentang pengertian ilmu atau teori itu sendiri.

Pertentangan ilmu bersumber pada falsafah ilmu, yaitu penentuan dasar yang rasional ntuk menganggap bahwa suatu pengetahuan dapat disebut ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui proses tertentu. Dasar ilmu adalah falsafah yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia. Dalam falsafah ilmu, tiap pemikiran manusia dapat dikembalikan dalam 3 pengetahuan dasar, yaitu:

  • Epistemologi yaitu pemikiran tentang bagaimana memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmu yang membahas proses memperoleh pengetahuan tentang suatu obyek.
  • Antologi yaitu pemikiran tentang apa yang ingin diketahui atau tentang “domain” (kawasan, daerah) disiplin ilmu yang ingin diperoleh.
  • Axiologi yaitu pemikiran yang menjawab pertanyaan tentang kegunaan pengetahuan dan ilmu tersebut.

Pada dasarnya proses memperoleh pengetahuan yang ilmiah tidak lain merupakan usaha memperoleh kebenaran ilmiah berdasarkan metode berfikir secara deduktif atau induktif dan berdasarkan logika. Terbukti dalam menafsirkan dasar-dasar falsafah ilmu untuk memperoleh kebenaran ilmiah ini para filsuf ilmu berbeda pendapat. Salah seorang filsuf yaitu Kari Popper berpendapat bahwa untuk menerima suatu pengetahuan sebagai ilmu diperlukan syarat-syarat yang ketat dalam proses memperoleh ilmu itu (segi estimologi).

Popper beranggapan bahwa metode ilmiah hanya dapat diperoleh melalui metode deduktif. Metode induktif tidak dapat menghasilkan kebenaran ilmiah karena menggunakan sebagian dari data yang diteliti. Popper juga beranggapan dalam ilmu bahwa apa yang dapat diterima saat ini, mungkin tidak diterima lagi dikemudian hari. Teori sebagai unsur ilmu dianggap benar selama belum dapat dibuktikan salah. Maka teori harus diuji kebenarannya. Dalam pengujian kebenaran teori, metode induktif dapat dipergunakan metode statistika.

Seorang ilmuan Australia yang bernama Ruth Hines dalam karangannya yang dimuat dalam majalah ‘Accounting Review” (oktober 1988) dengan judul “Poppers Methodology of Falsificationisme and Accounting Research” antara berkesimpulan bahwa dengan mengutip pendapat Lakatos (seorang pakar akuntansi) yaitu “history falsifies falsificationism” (sejarah menolak kebenaran falsifikasionisme), karena sejarah perkembangan ilmu tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Popper dengan falsificationismenya.

Filsuf ilmu lain yaitu Thomas Kuhn mengenai falsafah yang berbeda dengan Popper. Thomas Kuhn berpendapat bahwa pendapat Popper tentang pengetahuan ilmiah (ilmu) dianggap tidak lengkap, karena:

  • Popper beranggapan bahwa ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi. Sedangkan Thomas Kuhn beranggapan bahwa ilmu dalam keseluruhan adalah tidak terbatas.
  • Ilmu dan dasar pengetahuannya berubah-ubah sepanjang masa, sebagian besar karena pertimbangan politis

Ilmu mempunyai dua fase yaitu:

  • Ilmu normal dan pemecahan masalah yang merupakan sebagian besar ilmu yang dilaksanakan.
  • Ilmu luar biasa yang terjadi sangat langka dan hanya untuk waktu singkat.

Para ilmuwan untuk ilmu normal bekerja untuk mencari cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan bukan mencari masalah baru untuk dipecahkan. Mereka masih mempergunakan paradigma yang ada. Para ilmuan luar biasa bekerja dalam waktu singkat, apabila terdapat akumulasi”penyimpangan-penyimpangan” dalam salah satu bidang ilmu, yaitu gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang ada.

Mula-mula anomali-anomali dianggap sebagai pengecualian. Apabila anomali jumlahnya terlampau banyak, maka timbul ilmu luar biasa dengan paradigma yang baru nantinya akan diikuti oleh para ilmuan normal.

Jadi, ilmu normal sifatnya “problem solving” sedangkan ilmu luar biasa bersifat “problem finding”.

Berdasarkan falsafah ilmu Thomas Kuhn, maka ilmu akuntansi mempunyai kemungkinan ada. Pengetahuan akuntansi dapat berubah-ubah sepanjang masa, maka teori akuntansi pada masa ini yang belum mapan dikemudian hari akan menjadi lebih mantap. Teori yang normatif menghasilkan konsep-konsep bukan paradigma.

Paradigma yang dipakai oleh teori Watts-Zimmerman adalah yang disebut “Efficient Market Hypothesis”. Paradigma merupakan sesuatu yang mendasar dalam suatu ilmu. Paradigma mempunyai peranan untuk menentukan apa yang harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang yang harus dikemukakan, bagaimana pertanyaan itu harus dikembangkan dan peraturan-peraturan apa yang harus di anut dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Paradigma menentukan perbedaan antara berbagai ilmu.

Belkaoui, seorang pakar akuntansi yang menulis buku “Accounting Theory” beranggapan, bahwa akuntansi mempunyai lebih dari satu paradigma yang terdiri dari:

  • Paradigma anthropologi yang meliputi praktek akuntansi.
  • Paradigma perilaku pasar dalam pasar modal
  • Paradigma ekonomi
  • Paradigma proses pengambilan keputusan
  • Paradigma pendapatan yang ideal untuk pengukuran kinerja
  • Paradigma ekonomi informasi untuk menilai informasi
  • Paradigma perilaku pemakai informasi

Bagaimana perkembangan ilmu akuntansi di kemudian hari ? Dengan dasar falsafah Thomas Kuhn, maka dikemudian hari akan muncul ilmuan-ilmuan akuntansi luar biasa yang memperkuat kedudukan ilmu akuntansi di samping ilmu-ilmu lain yang telah diterima umum. Ilmu ekonomi lebih dulu diterima sebagai disiplin ilmu sejak tahun 1776 dengan diterbitkan buku Adam Smith: “An Inquiry into the Nature and Causes on the Wealth of Nation“.

Sebelum itu ilmu ekonomi telah dimulai pada zaman Yunani kuno antara lain melalui Aristoteles yang memberikan nama kepada ilmu ekonomi yaitu “oikos nomos”. Ilmu di samping telah pula mempunyai sifat yang positif (menerangkan) terbukti mempunyai pula teori yang normatif yaitu dalam bidang yang di sebut “Welfare Ekonomics”. Akuntansi baru secara serius dianggap mempunyai teori pada tahun 1940 dengan diterbitkannya buku Baton-Littleton, teori ini bersifat normatif.

Walaupun teori Paton-Littleton masih dianggap normatif, namun usaha pemikiran ke arah ilmu akuntansi yang positif telah pula dimulai oleh Watts-Zimmerman dengan paradigma “Effesient Market”. Mungkin pendapat Belkaoui benar karena ilmu akuntansi harus mempunyai ”multi paradigma”, karena apabila diteliti lebih seksama maka penyusunan teori akuntansi terdapat dua bidang yaitu teori mengenai obyek akuntansi itu sendiri (sebagai sistem informasi) dan teori mengenai perilaku yang terkait dengan penyusunan, pemakaian dan pemeriksaan informasi.

Efficient Market Hypothesis mengarah ke teori tentang obyek informasi ekonomi, sedangkan teori “Behavioral Accounting” lebih memusatkan kepada perilaku pada penyusun, pemakai dan pemeriksa ekonomi. Ilmu akuntansi masih dalam taraf perkembangan, berdasarkan falsafah Thomas Kuhn mempunyai hak untuk diterima sebagai disiplin ilmu. Tantangan yang paling berat adalah agar para pakar akuntansi sanggup mendorong lahirnya ilmuan-ilmuan akuntansi yang luar biasa sesuai dengan pandangan Thomas Kuhn dan semoga salah satu ilmuwan itu orang Indonesia.

Menurut Siegel dan Shim dalam kamus istilah akuntansi Accountability merupakan tanggung jawab pribadi atau departemen untuk melaksanakan fungsi tertentu. Tanggung jawab ini dapat diperintahkan atau ditekan oleh hukum, peraturan atau

perjanjian. Misalnya, seorang auditor harus bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan yang mempercayai laporan keuangan yang telah diperiksanya terhadap kesalahan tidak dapat mengungkapkan penipuan perusahaan kerena kelalaian dalam penerapan generally accepted auditing standards (standar pemeriksaan yang diterima secara umum).

Istilah Akuntansi dan Akuntan

Accountancy (akuntansi) merupakan Istilah di negara Inggris yang menyatakan kegiatan dan teori pembukuan termasuk praktik, riset dan pengajaran. Termasuk pedoman, prinsip dan prosedur yang harus diikuti para akuntan dalam melaksanakan tugas mereka. Akuntan mempunyai tanggung jawab yang legal dan wajar terhadap para klien dan umum.

Akuntan adalah seseorang yang melakukan pelayanan akuntansi. Akuntan menyiapkan laporan keuangan dan pembayaran pajak, memeriksa catatan keuangan dan mengembangkan rencana keuangan. Mengerjakan pembukuan pribadi (untuk perusahaan), pembukuan umum (untuk perusahaan CPA), akuntansi tidak mencari keuntungan (untuk perwakilan pemerintah).

Akuntan sering mengkhususkan diri dalam bidang tertentu seperti pajak, akuntansi biaya, auditing dan sebagai penasehat jasa manajemen. Seorang pemegang buku berbeda dari seorang akuntan, karena seorang akuntan memiliki keterampilan pengerjaan yang lebih profesional. Fungsi pemegang buku terutama mencatat transaksi ke dalam jurnal dan memasukkannya ke dalam rekening buku besar.

Sumber Muhammad Gade, Teori Akuntansi
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...