Etika Bisnis dan Lingkungan: Sebuah Simbiose yang Tak Terpisahkan

“Etika Bisnis dan Lingkungan”
by
A.  Sonny Keraf
Etika Bisnis dan Lingkungan: Sebuah Simbiose yang Tak Terpisahkan

Etika Bisnis dan Lingkungan

Etika bisnis dan lingkungan merupakan dua konsep yang saling terkait erat. Dalam konteks bisnis modern, perusahaan tidak hanya dituntut untuk meraih keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan dampak aktivitas bisnis terhadap lingkungan. Keterkaitan antara keduanya semakin kuat seiring dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan lingkungan.

DEFINISI ETIKA dan BISNIS
Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula “etika bisnis” bisa berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya dimulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti “etika” dan “etis” dipakai.
 
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau Masyarakat (Sonny Keraf hal. 61-63). Sedangkan, Bisnis adalah halnya seperti permainan judi, bisnis adalah bentuk persaingan yang mengutamakan kepentingan pribadi, dalam permainan penuh persaingan itu, aturan yang dipergunakan berbeda dari aturan yang ada pada kehidupan sosial pada umumnya, kemudian orang mematuhi aturan moral akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat yang menghalalkan segala cara (Sony Keraf, 1998 : 34).
PRINSIP ETIKA BISNIS
Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009: 127-128) mengatakan bahwa setidaknya ada lima prinsip yang dijadikan titik tolak pedoman perilaku dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu:
1)             Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah prinsip yang dituntut oleh seorang profesional terhadap masyarakat agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Pemerintah pun diharapkan dapat menghargai otonomi profesi dan tidak mencampuri urusan pelaksanaan profesi tersebut.
 
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggungjawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, dan ketergantungan kepada pihak lain.
 
Tanggungjawab adalah salah satu prinsip pokok atau utama bagi kaum profesional karena orang yang profesional adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya, bertanggungjawab terhadap dampak pekerjaan, kehidupan, dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Jika hasil pekerjaan profesionalnya membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, maka harus bertanggung jawab atas hal tersebut.
2)             Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
3)             Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil, yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun aspek lainnya.
Prinsip keadilan menuntut seorang professional untuk dalam menjalankan profesinya tidak merugikan hak dan kepentingan pihak-pihak yang dilayaninya maupun masyarakat pada umumnya.
4)             Prinsip saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan.
 
5)             Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya.
 
Prinsip integritas moral sesuai dengan hakikat dan ciri-ciri profesi yaitu bahwa seorang professional adalah orang yang memiliki integritas pribadi dan moral yang tinggi karena memiliki komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan kepentingan orang lain atau masyarakat.
Prinsip-prinsip etika bisnis di atas tidak hanya digunakan pada sebuah perusahaan atau organisasi perdagangan, akan tetapi dapat pula digunakan pada usaha yang dikelola pedagang kaki lima, hal ini dikarenakan setiap bisnis yang dijalankan oleh pedagang kaki lima harus didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut agar tidak melanggar hak-hak konsumen.
KODE ETIK
Kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat prinsip di dalam etika profesi (Keraf, 1998) yaitu :
1.             Prinsip tanggung jawab
2.             Prinsip keadilan
3.             Prinsip otonomi
4.             Prinsip integritas moral
 
Di dalam kode etik terdapat muatan – muatan etika, yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dari kode etik ini yaitu, pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum profesional. Kedua, kode etik juga bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilakuperilaku buruk orangorang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998).
 
COMMUNITY RELATIONS (CR)
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah melalui program Community Relations (CR). CR menurut Jelord sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemashlan bersama organisasi dan komunitas (Sonny Keraf Op.cit, hal. 33).
Secara hakikat, CD merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal. Artinya, industri adalah sebuah elemen dari serangkaian elemen yang ada dalam masyarakat (A. Sonny Keraf, Op.cit., hal 34).
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Konsep tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) sesungguhnya mencagu pada kenyataan, bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk oleh manusia dan terdiri dari manusia. Ini menunjukkan bahwa sebagaimana halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian perusahaan (sebagai lembaga yang terdiri dari manusia – manusia) tidak bisa hidup, beroperasi, dan memperoleh keuntungan bisnis tanpa pihak lain. Ini menuntut agar perusahaan pun perlu dijalankan dengan tetap bersikap tanggap, peduli dan bertanggungjawab atas hak dan kepentingan banyak pihak lainnya. Bahkan lebih dari itu, perusahaan, sebagai bagian dari masyarakat yang lebih luas, perlu pula ikut memikirkan dan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi kepentingan hidup bersama dalam masyarakat, sebagaimana halnya manusia pun, selain membutuhkan orang lain, juga ikut menyumbangkan sesuatu sesuai dengan kapasitasnya masing – masing demi kepentingan hidup bersama (A. Sonny Keraf, 1998 : 122 – 123).

Pentingnya Etika Bisnis dalam Lingkungan

Etika bisnis dan lingkungan sangat penting karena perusahaan memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan demi generasi mendatang. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka tidak merusak lingkungan dan memastikan bahwa sumber daya alam masih tersedia untuk generasi yang akan datang.

Dengan berkomitmen pada praktik bisnis berkelanjutan, perusahaan dapat mendapatkan reputasi yang baik di mata publik, investor, dan pelanggan. Reputasi yang baik dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan, serta menarik investor yang berorientasi pada keberlanjutan.

Selain itu, sumber daya alam yang terbatas menuntut perusahaan untuk mengelola sumber daya secara efisien dan berkelanjutan agar bisnis tetap berjalan dalam jangka panjang. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka tetap berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.

Pemerintah juga semakin banyak mengeluarkan regulasi yang mengharuskan perusahaan untuk menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan. Artinya, perusahaan harus mematuhi regulasi tersebut untuk menghindari sanksi dan kehilangan reputasi.

Pada akhirnya, konsumen semakin cerdas dan memilih produk dari perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki strategi keberlanjutan yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan dan meningkatkan daya saing di pasar.

Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Lingkungan

Prinsip-prinsip etika bisnis dalam lingkungan sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab. Salah satu prinsip yang paling penting adalah prinsip pencegahan, dimana perusahaan harus berupaya mencegah kerusakan lingkungan dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan proses produksi yang bersih. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki strategi untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas bisnisnya, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca, menghemat energi, dan mengurangi limbah.

Prinsip tanggung jawab juga sangat penting, karena perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari aktivitas bisnisnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki sistem untuk memantau dan mengukur dampak lingkungannya, serta memiliki rencana untuk mengurangi dampak tersebut.

Prinsip transparansi juga sangat penting, karena perusahaan harus transparan dalam melaporkan kinerja lingkungannya kepada publik. Ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki sistem untuk melaporkan kinerja lingkungannya secara reguler, serta memiliki sistem untuk memastikan bahwa informasi yang dilaporkan adalah akurat dan dapat dipercaya.

Terakhir, prinsip keadilan juga sangat penting, karena perusahaan harus memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil, termasuk masyarakat sekitar dan generasi mendatang. Ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki sistem untuk memastikan bahwa kegiatan bisnisnya tidak merusak lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat sekitar dan generasi mendatang.

Implementasi Etika Bisnis dalam Lingkungan

Implementasi etika bisnis dalam lingkungan sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab. Salah satu cara untuk menerapkan etika bisnis dalam lingkungan adalah dengan mengurangi limbah. Perusahaan dapat melakukan ini dengan mengurangi produksi limbah, mendaur ulang, dan mengelola limbah secara bertanggung jawab. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan mencapai tujuan keberlanjutan.

Menghemat energi juga merupakan salah satu cara untuk menerapkan etika bisnis dalam lingkungan. Perusahaan dapat melakukan ini dengan menggunakan energi yang efisien dan mengembangkan sumber energi terbarukan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi energi yang digunakan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Melindungi keanekaragaman hayati juga sangat penting dalam implementasi etika bisnis dalam lingkungan. Perusahaan dapat melakukan ini dengan melindungi habitat alami dan menjaga keanekaragaman hayati. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa kegiatan bisnisnya tidak merusak lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif pada keanekaragaman hayati.

Menggunakan bahan baku yang berkelanjutan juga merupakan salah satu cara untuk menerapkan etika bisnis dalam lingkungan. Perusahaan dapat melakukan ini dengan memilih bahan baku yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber yang berkelanjutan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan mencapai tujuan keberlanjutan.

Membangun kemitraan dengan organisasi lingkungan dan masyarakat sekitar juga sangat penting dalam implementasi etika bisnis dalam lingkungan. Perusahaan dapat melakukan ini dengan membangun kemitraan untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa kegiatan bisnisnya berdampak positif pada masyarakat sekitar dan lingkungan.

Contoh Penerapan Etika Bisnis dalam Lingkungan

Banyak perusahaan besar telah menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan melalui berbagai inisiatif yang berfokus pada keberlanjutan dan pengurangan dampak negatif pada lingkungan. Salah satu contoh yang menonjol adalah perusahaan energi yang berinvestasi dalam energi terbarukan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan mengurangi kontribusi pada perubahan iklim.

Perusahaan manufaktur juga telah mengambil tindakan untuk mengadopsi proses produksi yang lebih bersih dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan meningkatkan keselamatan kerja bagi karyawan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengembangkan produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Perusahaan ritel juga telah mengambil tindakan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mempromosikan produk-produk ramah lingkungan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi kontribusi pada polusi laut dan darat, serta meningkatkan kesadaran konsumen tentang pentingnya keberlanjutan. Selain itu, perusahaan juga dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan memperkuat reputasi sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan.

Dengan demikian, contoh-contoh penerapan etika bisnis dalam lingkungan ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesadaran konsumen tentang pentingnya keberlanjutan.

Etika bisnis dan lingkungan merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Perusahaan yang berhasil mengintegrasikan kedua konsep ini akan tidak hanya meraih kesuksesan bisnis, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

REFERENSI

Crane, A., & Matten, D. (2004). Business ethics: A European perspective. Journal of Business Ethics, 53(1-2), 51-74.

Hartman, L. P., & Siegwart, C. (2008). Managerial interpretations of corporate social responsibility. Business Ethics Quarterly, 18(2), 269-293.

Smith, J. (2020). Etika bisnis dan lingkungan. Jurnal Bisnis dan Lingkungan, 10(2), 12-20.

Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...