BEYOND BUDGETING

BEYOND BUDGETING

Beyond Budgeting adalah sebuah konsep manajemen yang muncul sebagai alternatif dari sistem penganggaran tradisional. Ide dasarnya adalah meninggalkan proses penyusunan anggaran yang kaku dan berfokus pada target tetap tahunan, yang seringkali dianggap menghambat responsivitas dan inovasi. Beyond Budgeting menekankan pada desentralisasi pengambilan keputusan, memberikan otonomi kepada manajer lini untuk merespons perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan dengan lebih cepat. Konsep ini mendorong pengukuran kinerja relatif terhadap pesaing atau tolok ukur eksternal, bukan hanya dibandingkan dengan anggaran internal yang telah ditetapkan. Hal ini memotivasi organisasi untuk terus beradaptasi dan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan. Selain itu, Beyond Budgeting juga menekankan pada nilai-nilai seperti transparansi, akuntabilitas, dan kolaborasi, menciptakan budaya organisasi yang lebih dinamis dan adaptif terhadap perubahan. Dengan kata lain, Beyond Budgeting bukan hanya tentang menghilangkan anggaran, tetapi tentang membangun sistem manajemen yang lebih fleksibel, responsif, dan berorientasi pada kinerja jangka panjang. Beberapa manfaat yang dilaporkan dari penerapan Beyond Budgeting antara lain peningkatan penjualan, penghematan biaya dalam proses penganggaran, dan pembebasan sumber daya keuangan. Konsep ini juga melibatkan pihak eksternal seperti konsumen dalam mengevaluasi keberhasilan perusahaan, menunjukkan fokus pada kepuasan pelanggan dan adaptasi terhadap kebutuhan pasar.

Beyond Budgeting bukan sekadar perubahan teknis dalam proses penganggaran, tetapi juga transformasi mendasar dalam filosofi manajemen. Ia menantang asumsi tradisional bahwa anggaran adalah alat kontrol utama dan satu-satunya cara untuk mengukur kinerja. Sebaliknya, Beyond Budgeting menawarkan pendekatan yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis yang dinamis.

Salah satu prinsip kunci Beyond Budgeting adalah desentralisasi. Otoritas pengambilan keputusan didorong ke tingkat yang lebih rendah dalam organisasi, memungkinkan manajer lini untuk bertindak lebih cepat dan efektif dalam menanggapi peluang dan tantangan yang muncul. Ini berbeda dengan sistem penganggaran tradisional di mana keputusan seringkali harus melalui proses birokrasi yang panjang dan persetujuan dari manajemen puncak.

Selain itu, Beyond Budgeting menekankan pada penggunaan metrik kinerja yang lebih relevan dan dinamis. Alih-alih terpaku pada target anggaran yang telah ditetapkan di awal tahun, organisasi didorong untuk membandingkan kinerja mereka dengan pesaing, tolok ukur industri, atau target strategis jangka panjang. Hal ini menciptakan fokus yang lebih kuat pada penciptaan nilai dan peningkatan berkelanjutan.

Prinsip penting lainnya adalah transparansi dan akuntabilitas. Informasi kinerja harus tersedia secara luas di seluruh organisasi, memungkinkan setiap orang untuk memahami bagaimana mereka berkontribusi terhadap tujuan keseluruhan. Akuntabilitas dibangun melalui penetapan target yang jelas dan pengukuran kinerja yang transparan, bukan melalui kontrol anggaran yang ketat.

Beyond Budgeting juga menekankan pada pentingnya nilai-nilai dan budaya organisasi. Kolaborasi, kepercayaan, dan pemberdayaan karyawan adalah elemen penting dalam menciptakan organisasi yang adaptif dan berkinerja tinggi. Dengan menghilangkan kontrol anggaran yang kaku, organisasi dapat menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa lebih termotivasi untuk berinovasi dan berkontribusi.

Meskipun Beyond Budgeting menawarkan banyak manfaat potensial, penting untuk diingat bahwa implementasinya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh organisasi. Ini bukan hanya tentang mengubah proses penganggaran, tetapi juga tentang mengubah cara berpikir dan bekerja. Organisasi perlu mengembangkan budaya yang mendukung desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas untuk berhasil menerapkan Beyond Budgeting.

Aspek penting lainnya dari Beyond Budgeting adalah fokus pada customer centricity atau berpusat pada pelanggan. Dalam sistem tradisional, anggaran sering kali berfokus pada target internal dan efisiensi produksi, yang terkadang mengorbankan kepuasan pelanggan. Beyond Budgeting mendorong organisasi untuk lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar. Hal ini tercapai dengan memberikan otonomi kepada tim di garis depan untuk mengambil keputusan yang berorientasi pada pelanggan tanpa terhambat oleh proses persetujuan yang panjang.

Selain itu, Beyond Budgeting juga menekankan pada pentingnya shared values atau nilai-nilai bersama dalam organisasi. Nilai-nilai seperti transparansi, kepercayaan, akuntabilitas, dan kolaborasi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan dan interaksi antar anggota tim. Dengan adanya nilai-nilai yang kuat, organisasi dapat menciptakan budaya yang mendukung inovasi, pembelajaran, dan perbaikan berkelanjutan.

Penting juga untuk dipahami bahwa Beyond Budgeting bukanlah sebuah one-size-fits-all solution. Implementasinya harus disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan spesifik setiap organisasi. Tidak ada formula baku yang dapat diterapkan secara universal. Organisasi perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi internal dan eksternal mereka untuk menentukan bagaimana prinsip-prinsip Beyond Budgeting dapat diimplementasikan secara efektif.

Salah satu tantangan dalam menerapkan Beyond Budgeting adalah perubahan pola pikir dan budaya organisasi. Banyak organisasi terbiasa dengan sistem kontrol yang ketat dan hierarki yang jelas. Peralihan ke Beyond Budgeting membutuhkan perubahan mendasar dalam cara orang bekerja dan berinteraksi. Hal ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan komitmen dari seluruh organisasi.

Lebih lanjut, Beyond Budgeting bukanlah tentang menghilangkan semua bentuk perencanaan dan pengendalian. Sebaliknya, ia menawarkan pendekatan yang lebih dinamis dan adaptif. Organisasi tetap perlu menetapkan tujuan strategis, mengukur kinerja, dan mengalokasikan sumber daya. Namun, hal ini dilakukan dengan cara yang lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan.

Sebagai contoh, alih-alih menetapkan anggaran tahunan yang kaku, organisasi dapat menggunakan rolling forecast atau perkiraan bergulir yang diperbarui secara berkala. Hal ini memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan rencana mereka dengan perubahan kondisi pasar dan kebutuhan pelanggan.

Beyond Budgeting adalah sebuah pendekatan manajemen yang revolusioner yang menawarkan alternatif dari sistem penganggaran tradisional. Ia menekankan pada desentralisasi, responsivitas, transparansi, dan fokus pada pelanggan. Meskipun implementasinya membutuhkan komitmen dan perubahan budaya yang signifikan, Beyond Budgeting dapat membantu organisasi untuk menjadi lebih adaptif, inovatif, dan berkinerja tinggi dalam lingkungan bisnis yang dinamis.

  1. Kritik penganggaran model tradisional. Pendekatan tradisional ini dikembangkan pada tahun 1920-an untuk tujuan pengendalian biaya. Sebagai organisasi tumbuh dan menjadi lebih kompleks, manajemen senior semakin bergantung pada proses penganggaran untuk mengontrol kompleksitas beberapa divisi, lini produk yang beragam, dan teknologi baru dan untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut kritikus proses penganggaran secara tradisional telah dicentang terlalu lama. Model tradisional adalah berguna ketika kondisi pasar yang stabil, dan kebutuhan akan inovasi terus-menerus yang tidak sebagai intens seperti yang sekarang, dan pelanggan tidak sebagai menuntut. Kritikus mengklaim bahwa proses penganggaran secara tradisional merupakan ritual ketinggalan zaman yang pada organisasi dan manajer dan mencegah mereka dari mampu menanggapi lingkungan yang terus berubah. Hal ini mencerminkan pendekatan top-down untuk mengorganisir yang tidak konsisten dengan kebutuhan untuk menjadi fleksibel dan beradaptasi. Selanjutnya, ini berfokus pada kontrol (seperti pertemuan target anggaran) daripada membantu organisasi mencapai tujuan strategis. Alokasi sumber daya juga didorong oleh politik daripada strategi yang, kekuasaan politik dalam organisasi yang mendorong alokasi sumber daya daripada kebutuhan strategis yang berkendara penganggaran tradisional.
  2. Pendekatan “beyond penganggaran”. Sebagai alternatif, kritikus terkemuka seperti Jeremy harapan dan Robin Fraser1 telah mengusulkan pendekatan “beyond penganggaran”. Pendekatan Beyond penganggaran yang berbeda dalam dua cara mendasar dari penganggaran tradisional. Anggaran pertama, tradisional didasarkan pada tetap rencana tahunan yang mengikat manajer untuk tindakan-tindakan yang telah ditetapkan. Dalam pendekatan beyond penganggaran, target dikembangkan berdasarkan tujuan peregangan yang terikat kepada rekan kerja, pesaing, dan tolok-ukur utama global. Target ini ditinjau dan diubah jika diperlukan dan manajer lebih termotivasi untuk mencapai tujuan ini karena tujuan mewakili langkah-langkah yang link langsung ke kompetisi daripada tujuan buatan internal. Kedua, beyond penganggaran model menyediakan cara yang lebih desentralisasi pengelolaan. Daripada mengandalkan tradisional hierarki dan terpusat manajemen, manajer jauh lebih bertanggung jawab kepada tim mereka dan bekerja kelompok karena target secara langsung berhubungan dengan apa yang mereka lakukan. Ini memberikan semua orang dengan rasa tanggung jawab yang lebih langsung dan lebih memotivasi. Sementara argumen pendekatan beyond penganggaran telah sulit untuk banyak organisasi untuk beralih ke pendekatan ini karena itu membutuhkan perubahan mendasar tidak hanya dalam berpikir, tetapi juga dalam cara mengoperasikan seluruh organisasi.

Salah satu aspek penting yang sering disalahpahami adalah bahwa Beyond Budgeting bukan berarti meniadakan perencanaan sama sekali. Justru sebaliknya, ia menekankan pada perencanaan yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Alih-alih terpaku pada anggaran tahunan yang statis, organisasi yang menerapkan Beyond Budgeting menggunakan proses perencanaan yang lebih dinamis, seperti rolling forecast (perkiraan bergulir) yang secara berkala diperbarui, atau perencanaan berbasis skenario yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan di masa depan. Hal ini memungkinkan organisasi untuk lebih responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis.

Lebih lanjut, Beyond Budgeting juga menekankan pada pentingnya transparansi informasi. Akses terhadap data kinerja dan informasi relevan lainnya harus tersedia bagi seluruh anggota organisasi, sehingga setiap individu dapat memahami bagaimana kontribusinya terhadap tujuan organisasi secara keseluruhan. Transparansi ini juga memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, karena informasi yang dibutuhkan tersedia secara luas.

Selain itu, Beyond Budgeting juga mendorong organisasi untuk fokus pada relative performance measures (ukuran kinerja relatif). Artinya, kinerja diukur dan dievaluasi dibandingkan dengan pesaing, best practices di industri, atau tolok ukur eksternal lainnya, bukan hanya dibandingkan dengan target internal yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini memotivasi organisasi untuk terus berupaya meningkatkan kinerja dan beradaptasi dengan perubahan pasar.

Penting untuk diingat bahwa implementasi Beyond Budgeting bukanlah proses yang instan dan mudah. Dibutuhkan perubahan budaya dan pola pikir yang signifikan di seluruh organisasi. Kepemimpinan yang kuat dan komitmen dari manajemen puncak sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi. Organisasi juga perlu berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia untuk membekali karyawan dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bekerja dalam lingkungan Beyond Budgeting.

Salah satu tantangan utama dalam implementasi Beyond Budgeting adalah mengatasi resistensi terhadap perubahan. Banyak orang terbiasa dengan sistem penganggaran tradisional dan mungkin merasa tidak nyaman dengan pendekatan yang lebih desentralistik dan fleksibel. Oleh karena itu, penting untuk mengkomunikasikan secara jelas manfaat dan tujuan Beyond Budgeting kepada seluruh anggota organisasi, serta memberikan dukungan dan pelatihan yang memadai.

Beyond Budgeting bukan hanya sekadar teknik manajemen keuangan, tetapi merupakan sebuah filosofi manajemen yang berfokus pada adaptabilitas, responsivitas, dan kinerja berkelanjutan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Beyond Budgeting, organisasi dapat menjadi lebih lincah, inovatif, dan mampu menghadapi tantangan di era bisnis yang dinamis. Meskipun implementasinya membutuhkan usaha dan komitmen yang signifikan, manfaat yang dapat diperoleh, seperti peningkatan kinerja, kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, dan motivasi karyawan yang lebih besar, sangatlah berharga.

REFERENSI

Fraser, R., & Bogsnes, B. (2010). The beyond budgeting round table: More adaptive, reliable and successful budgeting. John Wiley & Sons.

Hope, J., & Fraser, R. (2003). Beyond budgeting: How managers can break free from the annual performance trap. Harvard Business School Press.

Anda mungkin juga berminat