ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
Activity Based Management (ABM) meliputi seluruh aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi, baik aktivitas produksi, pemasaran, penjualan, administrasi, maupun aktivitas lainnya. ABM dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi, baik organisasi manufaktur maupun organisasi jasa.
- Identifikasi Aktivitas: Langkah pertama dalam ABM adalah mengidentifikasi semua aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas-aktivitas ini dapat berupa aktivitas produksi, pemasaran, penjualan, administrasi, dan lain sebagainya.
- Pengelompokan Aktivitas: Setelah semua aktivitas diidentifikasi, selanjutnya aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik. Misalnya, aktivitas produksi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, aktivitas pemasaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenis produk yang dipasarkan, dan aktivitas penjualan dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah pemasaran.
- Penentuan Biaya Aktivitas: Setelah aktivitas-aktivitas dikelompokkan, selanjutnya ditentukan biaya untuk setiap aktivitas. Biaya aktivitas dapat berupa biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dibebankan langsung ke aktivitas tertentu, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dibebankan langsung ke aktivitas tertentu.
- Penetapan Harga Pokok Produk atau Jasa: Setelah biaya aktivitas ditentukan, selanjutnya ditetapkan harga pokok produk atau jasa. Harga pokok produk atau jasa adalah jumlah dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
- Pengukuran Kinerja Aktivitas: Langkah terakhir dalam ABM adalah mengukur kinerja aktivitas. Kinerja aktivitas dapat diukur berdasarkan berbagai indikator, seperti efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Efisiensi adalah rasio antara input dan output, efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan, dan produktivitas adalah rasio antara output dan input.
Secara lebih rinci, ruang lingkup ABM meliputi:
- Aktivitas produksi: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas produksi, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas produksi.
- Aktivitas pemasaran: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas pemasaran, seperti biaya iklan, biaya promosi, dan biaya distribusi. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas pemasaran.
- Aktivitas penjualan: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas penjualan, seperti biaya gaji tenaga penjual, biaya komisi, dan biaya perjalanan. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas penjualan.
- Aktivitas administrasi: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas administrasi, seperti biaya gaji karyawan administrasi, biaya sewa kantor, dan biaya utilitas. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas administrasi.
Selain itu, ABM juga dapat digunakan untuk:
- Menetapkan harga pokok produk atau jasa: ABM dapat digunakan untuk menetapkan harga pokok produk atau jasa dengan lebih akurat, dengan memperhitungkan biaya aktivitas yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
- Mengukur kinerja aktivitas: ABM dapat digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas berdasarkan berbagai indikator, seperti efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.
- Mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah, sehingga organisasi dapat lebih fokus pada aktivitas yang benar-benar penting.
Dengan demikian, ABM dapat membantu organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan, serta meningkatkan profitabilitas.
Definisi
Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba yang dicapai dengan menyediakan nilai ini (Hansen dan Mowen, 2004 : 487).
Menurut Mulyadi (2001 ; 614), manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut. Sedangkan menurut Supriyono (1999 ; 354), manajemen berbasis aktivitas (MBA) adalah suatu disiplin (sistem yang luas dan pendekatan yang terintegrasi) yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas – aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen dan laba yang diperoleh dari penyediaan nilai tersebut.
Dari definisi – definisi di atas, dapat diketahui bahwa ABM memiliki dua frasa penting yaitu : Manajemen berbasis aktivitas berfokus kepengelolaan secara terpadu dan bersistem pada aktivitas yang bertujuan meningkatkan customer value dan laba. Manajemen berbasis aktivitas berfokus ke aktivitas yaitu serangkaian kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa.
Dimensi ABM
Manajemen berdasarkan aktivitas meliputi penghitungan biaya produk atau Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses atau Process Value Analysis (PVA). Jadi, model manajemen berdasarkan aktivitas memiliki dua dimensi : dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya memberikan informasi biaya mengenai sumber daya, aktivitas, produk dan pelanggan (dan objek biaya lainnya yang diperlukan). Tujuan dimensi biaya adalah memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Sebagaimana disebutkan pada model terserbut, sumber biaya ditelusuri pada aktivitas, dan kemudian biaya aktivitas dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi penghitungan biaya berdasarkan aktivitas berguna untuk penghitungan biaya produk, manajemen biaya strategis, dan analisis taktis.
Dimensi kedua, dimensi proses, memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan, dan seberapa baik dikerjakannya. Dimensi inilah yang memberikan kemampuan untuk berhubungan dan mengukur perbaikan berkelanjutan (Hansen dan Moven, 2004: 487).
Dimensi Biaya
Dimensi biaya atau dimensi ABC atau dimensi vertikal atau dimensi pembebanan biaya adalah dimensi ABM. Yang bertujuan menyempurnakan keakuratan biaya pada objek – objek biaya dengan cara :
- Sumber – sumber. Tahap pertama ABC adalah mengidentifikasi biaya sumber – sumber.
- Aktivitas – aktivitas. Tahap kedua ABC adalah menelusuri biaya – biaya sumber – sumber pada aktivitas – aktivitas.
- Objek biaya. Tahap ketiga ABC adalah membebankan biaya pada objek – objek biaya misalnya berbagai produk atau konsumen yang mengkonsumsi aktivitas – aktivitas.
Dimensi Proses
Dimensi proses atau dimensi mendatar atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang mengendalikan aktivitas – aktivitas dengan cara :
- Menganalisis driver – driver biaya. Analisis driver biaya adalah mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan mengapa biaya aktivitas terjadi (analisis driver aktivitas).
- Mengidentifikasikan aktivitas. Mengidentifikasikan aktivitas adalah menilai aktivitas – aktivitas apa yang dilaksanakan.
- Menganalisis kinerja. Menganalisis kinerja adalah mengevaluasi aktivitas – aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai seberapa baik kinerja.
Tujuan dan Manfaat ABM
ABM memusatkan pada akuntabilitas aktivitas – aktivitas dan bukan pada biaya, ABM menekankan pada maksimalisasi kinerja secara luas daripada kinerja individual.
Manfaat ABM menurut Supriyono (Supriyono, 1999: 356) adalah :
- Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (non keuangan) organisasi dan aktivitas – aktivitasnya.
- Menentukan biaya – biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
- Mengidentifikasikan aktivitas – aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
- Mengelompokkan aktivitas – aktivitas (faktor – faktor yang men-driver biaya – biaya) dan mengendalikannya.
- Mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas – aktivitas tak bernilai tambah.
- Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian didasarkan pada isu – isu bisnis yang luar dan tidak semata berdasarkan pada informasi keuangan.
- Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan konsumen.
REFERENSI
- Kaplan, R. S., & Cooper, R. (2008). Activity-Based Management: A Practical Guide to Improving Performance. Harvard Business Review Press.
- Noreen, E., DeCoster, J. L., & Matsumoto, J. T. (2003). Activity-Based Costing and Management. McGraw-Hill Education.
- Tracy, J. A. (2011). Activity-Based Management for Dummies. John Wiley & Sons.