TEORI AKUNTANSI KRITIS (CRITICAL ACCOUNTING THEORY)
Secara garis besar, teori akuntansi kritisini mengkritik bagaimana peran akuntansi didalam masyarakat. Karena menurut para peneliti akuntansi kritis, saat ini akuntansi hanya memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang memiliki modal (kekayaan) dan kekuatan. Akuntansi juga hanya memberikan informasi kepada pihak-pihak tertentu, dimana pihak-pihak ini merupakan pihak-pihak elit (Deegan, 2000).
Menurut Sawarjuwono (2005), critical accounting study adalah suatu pendekatan ilmu pengetahuan akuntansi yang menitikberatkan peran manusia sebagai pelaku akuntansi dengan cara / mengakomodasi seluruh kebiasaan / kenyataan sosial yang melingkupi dan mempengaruhi akuntansi itu sendiri. Secara lebih spesifik, studi ini melihat praktik akuntansi sebagai suatu ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan manusia pelaku akuntansi (organisasi)dan faktor-faktor yang memengaruhi akuntansi, misalnya keadaan ekonomi, politik, sosial, budaya, norma-norma, dan segala peraturan yang ada, baik pemerintah maupun organisasi profesi akuntan.
Teori Akuntansi Kritis (TAK) adalah perspektif dalam akuntansi yang mempertanyakan asumsi dasar akuntansi konvensional dan mengeksplorasi bagaimana akuntansi digunakan untuk mempertahankan struktur kekuasaan dan ketidaksetaraan sosial.
Berikut adalah beberapa lingkup utama TAK dalam akuntansi:
1. Mengungkap Asumsi dan Bias dalam Akuntansi Konvensional:
- TAK mengkritik akuntansi konvensional yang dianggap netral dan objektif.
- TAK berpendapat bahwa akuntansi sarat dengan asumsi dan bias yang mencerminkan kepentingan kelompok dominan.
- Contohnya, fokus pada laba dan nilai pemegang saham dapat mengabaikan kepentingan stakeholder lain seperti karyawan, masyarakat, dan lingkungan.
2. Menganalisis Dampak Sosial dan Ekonomi Akuntansi:
- TAK mempelajari bagaimana praktik akuntansi dapat memengaruhi distribusi kekayaan, kekuasaan, dan kesempatan dalam masyarakat.
- TAK meneliti bagaimana akuntansi digunakan untuk melegitimasi praktik bisnis yang merugikan kelompok marginal.
- Contohnya, TAK dapat mengkaji bagaimana perusahaan menggunakan akuntansi untuk menghindari pajak atau mengeksploitasi pekerja.
3. Mengembangkan Praktik Akuntansi Alternatif:
- TAK mendorong pengembangan praktik akuntansi yang lebih adil dan berkelanjutan.
- TAK mendukung akuntansi yang mempertimbangkan kepentingan semua stakeholder, bukan hanya pemegang saham.
- Contohnya, TAK dapat mengadvokasi pengungkapan informasi tentang dampak sosial dan lingkungan perusahaan.
4. Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi:
- TAK bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang peran akuntansi dalam masyarakat.
- TAK mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan akuntansi.
- Contohnya, TAK dapat memberdayakan masyarakat untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas dari perusahaan.
Contoh Penerapan TAK dalam Akuntansi:
- Studi tentang pengungkapan keberlanjutan: TAK dapat menganalisis bagaimana perusahaan menggunakan laporan keberlanjutan untuk mengelola citra mereka, dan apakah laporan tersebut mencerminkan dampak sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
- Analisis anggaran pemerintah: TAK dapat mengkaji bagaimana anggaran pemerintah mengalokasikan sumber daya, dan apakah alokasi tersebut adil dan merata.
- Penelitian tentang akuntansi di sektor publik: TAK dapat mengevaluasi bagaimana akuntansi digunakan untuk mengukur kinerja organisasi sektor publik, dan apakah pengukuran tersebut mencerminkan tujuan sosial.
TAK memberikan perspektif kritis yang penting dalam memahami peran akuntansi dalam masyarakat. TAK menantang asumsi dasar akuntansi konvensional dan mendorong pengembangan praktik akuntansi yang lebih adil, transparan, dan akuntabel.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam TAK, yakni;
- TAK bukan tentang mencari kesalahan individu. TAK tidak bertujuan untuk menyalahkan akuntan atau manajer individual. Fokusnya adalah pada bagaimana sistem dan struktur akuntansi dapat berkontribusi pada ketidakadilan sosial.
- TAK bersifat interdisipliner. TAK menarik dari berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, ekonomi politik, dan filsafat untuk menganalisis peran akuntansi dalam masyarakat.
- TAK terus berkembang. TAK adalah bidang penelitian yang dinamis dan terus berkembang. Para peneliti terus mengeksplorasi cara-cara baru untuk menerapkan TAK dalam berbagai konteks.
TAK dapat diterapkan dalam praktik
- Akuntan: Akuntan dapat menggunakan TAK untuk merefleksikan praktik mereka sendiri dan mempertimbangkan dampak sosial dari pekerjaan mereka.
- Pendidik: Dosen akuntansi dapat memperkenalkan TAK kepada mahasiswa untuk mendorong pemikiran kritis dan memperluas perspektif mereka tentang akuntansi.
- Pembuat kebijakan: TAK dapat memberikan wawasan bagi pembuat kebijakan dalam merancang regulasi akuntansi yang lebih adil dan efektif.
- Aktivis: TAK dapat digunakan oleh aktivis untuk mengadvokasi perubahan sosial dan ekonomi.
Akuntansi sering dianggap sebagai disiplin ilmu yang netral dan objektif, hanya merepresentasikan realitas ekonomi. Namun, TAK berpendapat bahwa akuntansi dapat digunakan untuk melegitimasi kekuasaan dan ketidaksetaraan dalam berbagai cara:
1. Mendefinisikan “Sukses” Secara Sempit:
- Akuntansi konvensional seringkali berfokus pada profitabilitas dan nilai pemegang saham sebagai ukuran utama kesuksesan perusahaan.
- Hal ini dapat mengabaikan dampak sosial dan lingkungan dari operasi perusahaan, serta mengabaikan kepentingan stakeholder lain seperti karyawan, komunitas lokal, dan lingkungan.
- Dengan mengabaikan faktor-faktor ini, akuntansi secara implisit melegitimasi praktik-praktik bisnis yang mengutamakan keuntungan pemegang saham di atas segalanya, meskipun praktik tersebut dapat merugikan kelompok lain.
2. Menghilangkan Informasi Penting:
- Standar akuntansi saat ini seringkali tidak mewajibkan pengungkapan informasi tentang isu-isu sosial dan lingkungan.
- Akibatnya, perusahaan dapat menyembunyikan praktik-praktik yang merugikan, seperti eksploitasi pekerja, pencemaran lingkungan, atau penghindaran pajak.
- Dengan tidak menyediakan informasi yang lengkap, akuntansi memungkinkan perusahaan untuk menghindari akuntabilitas atas dampak sosial dan lingkungan dari operasi mereka.
3. Memperkuat Struktur Kekuasaan yang Ada:
- Praktik akuntansi dapat memperkuat struktur kekuasaan yang ada dengan memberikan legitimasi pada distribusi sumber daya yang tidak merata.
- Misalnya, penggunaan metode akuntansi tertentu dapat menghasilkan penilaian aset yang menguntungkan kelompok dominan, sementara merugikan kelompok marginal.
- Akuntansi juga dapat digunakan untuk membenarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang menguntungkan kelompok kaya, seperti pemotongan pajak untuk perusahaan besar.
4. Menciptakan “Realitas” yang Terdistorsi:
- Akuntansi tidak hanya merefleksikan realitas ekonomi, tetapi juga membentuknya.
- Dengan memilih informasi apa yang diukur dan dilaporkan, akuntan dapat menciptakan “realitas” yang terdistorsi yang menguntungkan kelompok-kelompok tertentu.
- Misalnya, dengan fokus pada ukuran keuangan seperti laba bersih, akuntansi dapat mengabaikan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas ekonomi, sehingga menciptakan kesan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu positif.
Contoh Konkret:
- Perusahaan pertambangan: Laporan keuangan perusahaan pertambangan mungkin hanya menunjukkan keuntungan finansial, tetapi mengabaikan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
- Perusahaan garmen: Laporan keuangan perusahaan garmen mungkin tidak mengungkapkan kondisi kerja yang buruk di pabrik-pabrik mereka di negara berkembang.
- Kebijakan pajak: Akuntansi dapat digunakan untuk membenarkan kebijakan pajak yang menguntungkan perusahaan besar dan individu kaya, dengan alasan bahwa hal itu akan mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
TAK menyoroti bagaimana akuntansi, yang sering dianggap netral dan objektif, dapat digunakan untuk melegitimasi ketidaksetaraan dan memperkuat struktur kekuasaan yang ada. Dengan memahami mekanisme ini, kita dapat mendorong praktik akuntansi yang lebih transparan, akuntabel, dan berkeadilan sosial.
Teori Akuntansi Kritis (TAK) tidak hanya mengkritik, tetapi juga menawarkan solusi. TAK mendorong penggunaan akuntansi sebagai alat untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Berikut beberapa cara akuntansi dapat berkontribusi:
1. Memperluas Definisi “Sukses”:
- Melampaui Fokus Keuangan: Akuntansi perlu bergerak melampaui fokus sempit pada profitabilitas dan nilai pemegang saham.
- Mengukur Dampak Sosial dan Lingkungan: Akuntansi harus mengembangkan metrik untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan dari operasi perusahaan, seperti emisi karbon, penggunaan air, keselamatan pekerja, dan kontribusi terhadap masyarakat.
- Triple Bottom Line: Konsep triple bottom line (people, planet, profit) dapat diintegrasikan ke dalam sistem akuntansi untuk memberikan gambaran yang lebih holistik tentang kinerja perusahaan.
2. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas:
- Pengungkapan yang Lebih Luas: Standar akuntansi perlu mewajibkan pengungkapan informasi yang lebih luas tentang isu-isu sosial dan lingkungan.
- Akuntansi untuk Stakeholder: Akuntansi harus mempertimbangkan kepentingan semua stakeholder, bukan hanya pemegang saham. Laporan akuntansi harus memberikan informasi yang relevan bagi semua pihak yang terkena dampak oleh operasi perusahaan.
- Partisipasi Publik: Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan akuntansi, seperti penetapan standar akuntansi dan audit laporan keuangan.
3. Mendukung Pengambilan Keputusan yang Berkelanjutan:
- Analisis Biaya-Manfaat Sosial: Akuntansi dapat digunakan untuk melakukan analisis biaya-manfaat sosial dari berbagai proyek dan kebijakan, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap semua stakeholder.
- Akuntansi untuk Keberlanjutan: Akuntansi dapat membantu organisasi untuk mengukur, mengelola, dan melaporkan kinerja keberlanjutan mereka.
- Investasi yang Bertanggung Jawab Sosial: Akuntansi dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan investasi yang bertanggung jawab sosial, yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
4. Memberdayakan Komunitas:
- Akuntansi untuk Organisasi Nirlaba: Akuntansi dapat membantu organisasi nirlaba untuk mengelola sumber daya mereka secara efektif dan mencapai tujuan sosial mereka.
- Akuntansi untuk Ekonomi Solidaritas: Akuntansi dapat digunakan untuk mendukung pengembangan model bisnis alternatif yang memprioritaskan keadilan sosial dan keberlanjutan, seperti koperasi dan perusahaan sosial.
- Pendidikan Akuntansi Kritis: Pendidikan akuntansi perlu memasukkan perspektif TAK untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang peran sosial akuntansi dan mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan.
Contoh Konkret:
- Integrated Reporting: Laporan terintegrasi yang menggabungkan informasi keuangan dan non-keuangan, seperti laporan keberlanjutan.
- Social Return on Investment (SROI): Metode untuk mengukur nilai sosial dari suatu investasi.
- Akuntansi untuk karbon: Sistem akuntansi yang melacak emisi karbon dan mendorong pengurangan emisi.
Akuntansi memiliki potensi untuk menjadi alat yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip TAK, kita dapat mendorong praktik akuntansi yang lebih transparan, akuntabel, dan berorientasi pada kepentingan publik.
Siapa yang Diuntungkan?
- Pemegang Saham dan Investor: Fokus akuntansi konvensional pada profitabilitas dan nilai pemegang saham cenderung menguntungkan kelompok ini. Mereka menerima informasi yang paling lengkap dan relevan untuk pengambilan keputusan investasi mereka.
- Manajemen Puncak: Sistem akuntansi dapat digunakan oleh manajemen puncak untuk mengendalikan informasi dan mempresentasikan kinerja perusahaan dalam cahaya yang positif, bahkan jika hal itu mengorbankan kepentingan stakeholder lain.
- Kreditor: Kreditor mendapatkan informasi yang relatif lengkap tentang kondisi keuangan perusahaan, yang memungkinkan mereka untuk menilai risiko kredit dan membuat keputusan pinjaman.
- Pemerintah: Akuntansi menyediakan data yang dibutuhkan pemerintah untuk tujuan perpajakan dan pengambilan kebijakan ekonomi.
Siapa yang Dirugikan?
- Karyawan: Informasi tentang kondisi kerja, upah, dan dampak sosial dari operasi perusahaan seringkali tidak diungkapkan dalam laporan keuangan. Karyawan mungkin memiliki akses terbatas pada informasi yang mempengaruhi kesejahteraan mereka.
- Komunitas Lokal: Dampak sosial dan lingkungan dari operasi perusahaan, seperti pencemaran atau kerusakan lingkungan, seringkali tidak tercermin dalam laporan keuangan. Komunitas lokal mungkin menanggung beban dari aktivitas perusahaan tanpa mendapatkan kompensasi yang adil.
- Lingkungan: Akuntansi konvensional seringkali gagal untuk memperhitungkan biaya lingkungan dari aktivitas ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan eksploitasi sumber daya alam dan degradasi lingkungan.
- Konsumen: Konsumen mungkin tidak memiliki akses ke informasi yang cukup tentang produk dan layanan yang mereka beli, seperti dampaknya terhadap kesehatan atau lingkungan.
- Kelompok Marginal: Praktik akuntansi dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dengan mengabaikan kepentingan kelompok marginal, seperti masyarakat miskin, perempuan, dan minoritas.
Contoh:
- Perusahaan yang Mencemari Lingkungan: Perusahaan mungkin melaporkan keuntungan yang besar, tetapi menyembunyikan biaya pencemaran yang ditanggung oleh masyarakat sekitar.
- Perusahaan dengan Upah Rendah: Perusahaan mungkin menunjukkan kinerja keuangan yang baik, tetapi mengabaikan fakta bahwa mereka membayar upah rendah kepada karyawan.
- Proyek Pembangunan yang Merugikan Masyarakat: Proyek pembangunan mungkin dinilai menguntungkan secara finansial, tetapi mengabaikan dampak negatifnya terhadap masyarakat adat atau lingkungan.
Praktik akuntansi saat ini seringkali menguntungkan kelompok yang sudah memiliki akses terhadap kekuasaan dan sumber daya, sementara merugikan kelompok yang lebih rentan. TAK mendorong kita untuk mempertanyakan distribusi manfaat dan beban dari praktik akuntansi dan mencari cara untuk menciptakan sistem akuntansi yang lebih adil dan inklusif.
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam akuntansi merupakan tujuan penting, terutama dalam konteks Teori Akuntansi Kritis (TAK) yang menyoroti perlunya sistem akuntansi yang lebih adil dan melayani kepentingan publik.
Berikut adalah beberapa langkah kunci untuk mencapai tujuan tersebut:
1. Memperluas Standar Pelaporan:
- Informasi Non-Keuangan: Standar akuntansi perlu mewajibkan pengungkapan informasi non-keuangan yang relevan, seperti data tentang dampak sosial, lingkungan, dan tata kelola perusahaan (ESG).
- Pengungkapan Risiko: Perusahaan harus mengungkapkan secara transparan risiko-risiko yang dihadapi, termasuk risiko terkait keberlanjutan, risiko sosial, dan risiko reputasi.
- Informasi untuk Stakeholder: Standar pelaporan perlu memastikan bahwa informasi yang relevan tersedia bagi semua stakeholder, bukan hanya pemegang saham.
2. Meningkatkan Kualitas Audit:
- Independensi Auditor: Penting untuk memperkuat independensi auditor untuk memastikan objektivitas dan mencegah konflik kepentingan.
- Audit yang Lebih Komprehensif: Audit harus mencakup tidak hanya aspek keuangan, tetapi juga aspek non-keuangan, seperti kinerja keberlanjutan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
- Audit yang Berorientasi pada Publik: Auditor perlu mempertimbangkan kepentingan publik dalam melaksanakan tugas mereka, bukan hanya kepentingan klien.
3. Mendorong Partisipasi Publik:
- Akses terhadap Informasi: Memudahkan akses publik terhadap informasi akuntansi, misalnya melalui platform online yang mudah diakses.
- Konsultasi Publik: Melibatkan publik dalam proses penyusunan standar akuntansi dan pengambilan keputusan terkait kebijakan akuntansi.
- Mekanisme Pengaduan: Menyediakan mekanisme yang efektif bagi publik untuk melaporkan kecurangan akuntansi atau praktik-praktik yang tidak bertanggung jawab.
4. Memanfaatkan Teknologi:
- Big Data dan Analisis Data: Memanfaatkan teknologi big data dan analisis data untuk meningkatkan transparansi dan mengungkap pola-pola yang tersembunyi dalam data akuntansi.
- Blockchain: Menerapkan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan dan keandalan data akuntansi.
- Artificial Intelligence (AI): Menggunakan AI untuk mendeteksi kecurangan dan meningkatkan efisiensi audit.
5. Penguatan Penegakan Hukum:
- Sanksi yang Tegas: Menerapkan sanksi yang tegas bagi perusahaan dan individu yang melakukan kecurangan akuntansi atau melanggar standar pelaporan.
- Perlindungan Whistleblower: Memberikan perlindungan hukum bagi whistleblower yang melaporkan praktik-praktik yang tidak etis atau ilegal dalam akuntansi.
Membuat akuntansi lebih transparan dan akuntabel membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk regulator, perusahaan, auditor, dan masyarakat. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, kita dapat menciptakan sistem akuntansi yang lebih adil, transparan, dan melayani kepentingan publik.
REFERENSI
- Chua, W. F. (2014). Accounting in the public interest. Routledge.
- Gray, R., & Bebbington, J. (2001). Accounting for sustainability: Towards a theoretical framework. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 14(3), 298-332.
- Hopwood, A. G. (Ed.). (1987). Critical accounting. Prentice Hall.
- Neu, D., & Graham, C. (2004). Accounting and the politics of fair trade: The case of Cafédirect. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 17(2), 247-277.